Rabu, 18 Januari 2017

Kasih Sayang, Kekayaan, dan Kesuksesan

Suatu ketika ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya dan ia melihat ada tiga orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita tersebut berkata dengan senyumannya, "Aku tidak mengenal Anda, tetapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam. Aku yakin punya sesuatu untuk mengganjal perut."

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"

Wanita tersebut menjawab, "Belum. Dia sedang keluar."

"Oh, kalau begitu kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali," kata pria itu.

Ketika suaminya tiba di rumah, sang istri menceritakan semua kejadian tadi. Suami yang awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata kepada istrinya, "Sampaikan pada mereka bahwa aku telah kembali. Mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam bersama kita." Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. 

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama," kata pria itu hampir bersamaan.

"Lho, kenapa?" tanya wanita tersebut heran.

Salah seorang pria berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk pria berjanggut di sebelahnya, "sedangkan dia bernama Kesuksesan," sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. "Aku sendiri bernama Kasih Sayang. Sekarang coba tanya kepada suamimu, siapa di antara kami yang boleh masuk ke rumahmu."

Wanita itu kembali masuk ke dalam dan memberi tahu pesan pria di luar. Suaminya menjawab, "Oh... Menyenangkan sekali! Baiklah kalau begitu, ajak Kekayaan masuk ke dalam! Aku ingin rumah ini penuh dengan kekayaan."


 Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang Kesuksesan saja? Sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."


Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang diajak masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak Kasih Sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan kasih sayang."

Suami istri tersebut setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah. Ajak masuk Kasih Sayang ke dalam! Malam ini Kasih Sayang akan menjadi teman makan malam kita."


Wanita itu kembali ke luar dan bertanya, "Siapa di antara Anda yang bernama Kasih Sayang? Ayo, silahkan masuk. Anda menjadi tamu kami malam ini."

Kasih Sayang berdiri dan berjalan menuju beranda rumah. Ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita tersebut bertanya kepada Kekayaan dan Kesuksesan. "Aku hanya mengundang Kasih Sayang yang masuk ke dalam, tetapi mengapa Anda ikut juga?"

Kedua pria yang ditanya menjawab, "Jika Anda mengundang Kekayaan atau Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang Kasih Sayang, maka ke mana pun Kasih Sayang pergi kami akan selalu ikut bersamanya. Di mana ada kasih sayang, maka kekayaan dan kesuksesan juga akan ikut serta. Ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Hanya Kasih Sayang saja yang bisa melihat dan bisa menunjukkan kita jalan yang lurus, jalan kebaikan. Kami butuh bimbingannya saat berjalan, saat kami menjalani hidup ini."

MEMBERI & MENERIMA

Apakah persamaan dan perbedaan antara Danau Galilea dan Laut Mati?

Tentu saja, perbedaan utama ialah Danau Galilea merupakan sebuah danau, sedangkan Laut Mati merupakan sebuah laut. Namun, ada lagi perbedaan penting yang dapat menjadi pelajaran bagi kita.

Mungkin kita perlu mengetahui persamaannya terlebih dahulu. Persamaannya adalah Danau Galilea dan Laut Mati mendapat air dari sumber yang sama, yaitu Sungai Yordan. 


Perbedannya? Danau Galilea sangat indah yang di sekelilingnya ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan banyak orang yang bermukim di sekitarnya. Di dalam danaunya beragam jenis ikan dan hewan air hidup.



Sebaliknya, Laut Mati adalah tempat yang tidak bisa ditinggali. Tak ada tumbuhan atau spresies yang dapat hidup di dalam maupun di sekeliling Laut Mati karena kadar garamnya yang begitu tinggi. Bukan itu saja. Bau pada daerah Laut Mati ini juga sangat tidak sedap.


Mengapa keduanya bisa berbeda padahal sumber airnya sama? Hal ini dikarenakan Danau Galilea 'siap menerima & siap memberi'. Danau Galilea meneruskan airnya ke danau lain yang juga memanfaatkan dan membutuhkannya, sedangkan Laut Mati 'menerima & menyimpan' untuk dirinya sendiri. Air yang masuk ke Laut Mati tidak pernah keluar lagi.

Begitu juga dengan kita sebagai manusia. Hendaknya jangan hanya bisa menerima saja, tetapi juga harus bisa memberi kepada orang lain. Apa saja yang telah dimiliki, seperti: talenta, kekayaan, atau kepintaran, jangan hanya untuk dinikmati sendiri, tetapi BERBAGILAH agar dapat memberi manfaat bagi kita dan orang lain. 

Senin, 16 Januari 2017

SEBERAPA BESAR APRESIASI KITA

Suatu hari Pak Guru menulis pada papan tulisnya:


9x1=10
9x2=18
9x3=27
9x4=36
9x5=45
9x6=54
9x7=63
9x8=72
9x9=81
9x10=90

Ketika Pak Guru telah menyelesaikan tulisannya, ia menatap murid-muridnya yang mulai menertawakannya karena perhitungan yang paling atas jawabannya salah. Kemudian, Pak Guru berkata, "Saya sengaja menulis salah dengan satu tujuan: saya ingin kalian belajar sesuatu dari ini. Saya ingin kalian tahu bagaimana dunia ini memperlakukan kita. Kalian sendiri kan sudah melihat bahwa saya menuliskan hal yang benar sebanyak sembilan kali, tetapi tak ada satupun dari kalian yang memberi selamat atau pujian kepada saya. Kalian malah menertawakan saya hanya untuk satu kesalahan saja."

Hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal-hal baik yang kita lakukan jutaan kali sekalipun. Hidup justru akan mengkritisi satu saja kesalahan kecil yang kita lakukan. 


Hal yang sama ingin saya sampaikan terkait dengan pemerintahan. Banyak orang melakukan demonstrasi, kritik sana sini, atau memanas-manasi publik. Demonstrasi, khususnya, sebenarnya tidak masalah diadakan, hanya saja sebaiknya memang bertujuan untuk menyalurkan aspirasi, bukannya malah bertindak anarkis dan merugikan masyarakat umum. Publik juga hendaknya jangan mudah terpancing. Lihat semua perubahan baik yang sudah terjadi, bukannya langsung menuntut ini itu tanpa tahu terima kasih. 

Ingat: bila kita memang melakukan kesalahan, maka kita tak perlu berkecil hati. Teruslah melangkah. Jangan takut berbuat salah. Toh, lebih baik salah karena sudah mencoba melakukannya daripada tidak sama sekali, kan?

Jumat, 13 Januari 2017

BIOLA YANG MERDU

Seorang bapak yang tinggal di desa suatu hari diajak oleh anaknya untuk tinggal di rumah anaknya di kota. Itu adalah pertama kalinya si bapak menginjakkan kaki di kota setelah sekian lama terus menerus bekerja sebagai petani demi keluarga.

Suatu hari dia diajak jalan-jalan oleh anaknya di sekitar kompleks rumah. Kemudian, bapak itu mendengar suara yang menyakitkan telinga, nadanya kecil, tinggi, dan aneh. Penasaran, dihampirinya sumber suara itu. Tampak seorang gadis kecil sedang memainkan suatu alat. 

"Alat apa itu, Nak?"


"Itu biola, Ayah."

Sambil mengangguk-angguk bapak tua mengerti bahwa biola merupakan alat yang memekakkan telinga dan suaranya jelek.

Selang dua hari, pada suatu senja bapak ini sedang duduk di teras rumah sambil menanti anaknya pulang bekerja. Sayup-sayup dia mendengar suara yang indah dan merdu. Penasaran, dia mengampiri sumber suara.

Tampaklah seorang pria muda memainkan biola dengan indah. Ternyata, pria itu ialah seorang maestro biola. Sambil mengangguk-angguk, mengertilah bapak tersebut bahwa jika biola berada di tangan yang tepat, maka suaranya sungguh merdu.

Selang beberapa hari di suatu mal, saat itu anaknya mengajaknya makan di food court. Si bapak mendengar suara yang sungguh menakjubkan. Ramai, seru, dan merdu. Penasaran, dihampirinya suara itu.


Tampak olehnya sebuah kelompok orkestra yang terdiri dari berbagai macam alat musik, termasuk sebuah biola. Mereka memainkan simponi yang sangat merdu. 

Apakah salah biolanya bila gadis kecil memainkan musik yang menyakitkan telinga? Namun, bukan pula salah gadis kecil tersebut karena memang dia sedang belajar dan belum mampu memainkannya dengan baik. 

Demikian pula dengan agama. Tidak ada agama yang salah, juga tidak ada penganutnya yang salah. Adanya hanyalah orang-orang yang belum mampu mengerti, seperti gadis kecil tadi. Jika saja semuanya bisa bersatu layaknya simponi yang indah, alangkah damainya dunia ini. 


Cerita ini disadur dari cerita yang ditulis oleh tokoh yang luar biasa, Ajahn Brahm (penulis Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya).

Jumat, 06 Januari 2017

RENUNGAN PAGI

Satu pohon dapat membuat ribuan batang korek api, namun satu batang korek api dapat membakar ribuan pohon. Demikian juga dengan pikiran. Satu pikiran negatif dapat membakar semuanya.


Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak. Oleh karena itu, setiap kali ada gesekan kecil akan langsung terbakar. Kita mempunyai kepala dan juga otak. Jadi, tidak perlu kebakaran jenggot dan hati hanya karena gesekan kecil.