Kamis, 26 Agustus 2010

BLACKIE MILIK NENEK (Kasih Sayang)

Pada suatu waktu, ketika saat Raja Brahmadatta memerintah di Benares, ada seorang nenek yang mempunyai seekor anak sapi. Anak sapi ini adalah seekor anak sapi hitam bangsawan. Sesungguhnya, warnanya hitam pekat tanpa bintik-bintik putih. Anak sapi itu adalah Bodhisatta – makhluk yang tercerahkan.

Nenek itu membesarkan si anak sapi seperti anaknya sendiri. Dia memberi makan nasi dan bubur terbaik. dia menciumi kepala dan leher anak sapi itu, dan anak sapi menjilati tangan si Nenek. Karena mereka sangat akrab, orang-orang mulai memanggil si anak sapi, ‘ Blackie milik nenek’.

Bahkan setelah anak sapi telah tumbuh menjadi sapi jantan yang besar dan kuat, Blackie milik nenek tetap sangat jinak dan lemah-lembut. Anak-anak desa bermain dengannya, memegang leher, telinga, dan tanduknya. Bahkan mereka mengambil ekornya dan berayun ke belakang sebagai tunggangan. Dia menyukai anak-anak, jadi dia tidak pernah mengeluh.

Sapi yang bersahabat itu berpikir, “Nenek baik hati, yang telah membesarkanku seperti seorang ibu bagiku. Dia telah membesarkanku seperti anaknya sendiri. Dia miskin dan kekurangan, tetapi terlalu sungkan meminta bantuanku. Dia terlalu lembut untuk memaksa saya bekerja. Karena saya juga mencintai dia, saya berharap dapat membebaskan dia dari penderitaan kemiskinan.” Jadi sapi mulai mencari pekerjaan.

Suatu hari, sebuah kafilah dengan 500 kereta datang ke desa. Kafilah itu berhenti pada tempat yang sulit untuk menyeberangi sungai. Sapi-sapi mereka tidak dapat menarik kereta menyeberang. Pemimpin kafilah menempatkan 500 pasang sapi pada kereta pertama. Tetapi sungainya terlalu deras sehingga mereka tidak dapat menyeberang walaupun hanya satu kereta.

Menghadapi masalah ini, pemimpin mencari tambahan sapi. Dia terkenal dalam ahli menilai kualitas dari sapi-sapi. Saat memeriksa kumpulan pengembara, dia melihat Blackie milik nenek. Sekilas dia berpikir, “Sapi bangsawan ini sepertinya memiliki kekuatan dan kemauan menarik kereta-keretaku menyeberangi sungai.”

Dia berkata kepada para penduduk desa yang berdiri di dekatrnya. “Sapi hitam ini milik siapa? Aku ingin menggunakan sapi ini untuk menarik keretaku menyeberangi sungai, dan Aku bersedia membayar jasanya kepada pemiliknya.” Orang-orang berkata, “Kalau begitu, silakan bawa dia. Tuannya sedang tidak ada disini.”

Demikianlah dia meletakan seutas tali melalui hidung Blackie. Tetapi saat dia menarik, dia tidak dapat menggerakan sapi itu! Sapi itu berpikir, “Aku tidak akan bergerak sampai orang ini berkata kalau dia akan membayar perkerjaanku.”

Sebagai penilai sapi yang baik, Pemimpin kafilah memahami alasan ini. Sehingga dia berkata, “Sapi, setelah kamu berhasil menarik 500 keretaku menyeberangi sungai, Aku akan membayar kamu dua koin emas untuk setiap keretanya – bukan satu, tetapi dua!” Mendengar hal ini, Blackie bersedia ikut pergi dengannya.

Kemudian dia memasang pakaian kuda ke sapi hitam itu dan menghubungkannya ke kereta pertama. Sapi itu menarik kereta melewati sungai. Hal ini belum pernah dapat dilakukan oleh 1000 sapi sebelumnya. Seperti yang diharapkan, dia dapat menarik 499 kereta menyeberangi sungai dalam satu waktu, tanpa memperlambat langkahnya!

Ketika semuanya telah selesai dikerjakan, pemimpin kafilah menyiapkan bungkusan berisi hanya satu koin emas per kereta, totalnya 500 koin. Dia mengalungkannya di leher sapi kuat ini. Sapi berpikir, “Orang ini berjanji akan memberikan dua koin emas per kereta, tetapi ini tidak sesuai dengan apa yang sudah dikalungkan di leherku. Maka Aku tidak akan membiarkan dia pergi!” Sapi berjalan ke bagian depan kafilah dan menghalangi jalan.

Pemimpin berusaha mendorongnya keluar dari jalan, tetapi dia tidak bergerak. Pemimpin berusaha mengendarai kereta-kereta itu di sekelilingnya. Tetapi semua sapi telah melihat betapa kuatnya dia, sehingga mereka tidak mau bergerak juga!
Laki-laki itu berpikir, “Tidak diragukan lagi bahwa dia adalah sapi jantan yang pintar, yang dapat mengetahui bahwa Aku hanya membayarnya setengah harga.” Demikianlah dia membuat lagi sebuah bungkusan baru yang berisi 1000 koin emas, dan mengalungkannya di leher sapi.

Blackie milik nenek kembali menyeberangi sungai dan langsung berjalan menuju si nenek, ‘ibu-nya’. Sepanjang perjalanan, anak-anak berusaha mengambil bungkusan uang, mengira itu adalah permainan. Tetapi dia tidak memperdulikan mereka.
Ketika si Nenek melihat bungkusan berat itu, dia sangat terkejut. Anak-anak menceritakan kepadanya semua hal tentang apa yang terjadi di sungai. Dia membuka bungkusan itu dan menemukan 1000 koin emas.

Wanita tua itu juga melihat kelelahan pada mata ’anak’nya. Dia berkata, “Oh anakku, kamu pikir Aku berharap dapat menghasilkan uang dari kamu? Kenapa kamu mau bekerja sangat keras dan menderita? Bagaimanapun susahnya nanti, Aku akan selalu memelihara dan menjagamu.”

Kemudian wanita baik itu memandikan sapi jantan tercintanya dan memijat otot-ototnya yang lelah dengan minyak. Dia memberinya makanan yang baik dan merawatnya, sampai akhir dari hidup mereka yang bahagia.

Pesan moral: Kasih sayang membuat rumah termiskin menjadi rumah terkaya.

Kamis, 19 Agustus 2010

Ingatlah Hari Ini

Ingatlah Hari Ini, oleh Project Pop

Kawan dengarlah
Yang akan aku katakan
Tentang dirimu
Setelah selama ini
Ternyata kepalamu
Akan selalu botak
Eh, Kamu kaya gorila

Cobalah kamu ngaca
Itu bibir balapan
Dari pada gigi lu
Kayak kelinci
Yang ini udah gendut
Suka marah-marah
Kau cacing kepanasan
Tapi ku tak perduli
Kau selalu di hati

Reff:
Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Selamanya rasa ini
Jika tua nanti
Kita t'lah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini

Ketika kesepian menyerang diriku
Gak enak badan resah tak menentu
Ku tahu satu cara sembuhkan diriku
Ingat teman-temanku

Don't you worry just be happy
Temanmu di sini

Kembali ke Reff

Don't you worry don't be angry
Mending happy-happy

Kembali ke Reff 2x



Lagu yang penuh dengan kenangan-kenangan saat Bina Widya, dimana kita bisa tidur bersama selama 4 malam, mengantri mandi dengan penuh kesabaran, mengalami suka duka bersama-sama, saling menghibur satu sama lain tatkala ada yang mengeluh, menjalani hari-hari yang penuh dengan canda dan tawa. Sungguh merupakan suatu momment yang perlu disimpan di dalam lubuk hati setiap peserta dan para pembinanya. Terima kasih kepada para pembina yang sudah bersabar dalam menghadapi kami. Dalam setiap tindakan kami yang mungkin kurang berkenan di hati para pembina, maaf.

Aku bersyukur telah mengenal Dhamma, dan saya juga bersyukur telah melewati hari-hari yang sangat berkesan bersama kalian. "Ingatlah Hari Ini". Ya, akan kuingat itu, Bina Widya XIII tingkat SMA - Dengan Semangat Pemuda Buddhayana, Kita Praktekkan Hidup Berkesadaran (With The Spirit of Youth Buddhayana, We Practice Mindfulness Life)

Be Mindful
Be Good
Be Happy
:)

Rabu, 11 Agustus 2010

Serivanija Jataka: Pedagang Dari Seriva

Sering kali kita mendengar atau membaca kisah mengenai Devadatta yang membenci Buddha Gotama, bahkan hendak membunuh Buddha – Gurunya sendiri. Mengapa hal ini bisa sampai terjadi di dalam komunitas Buddhis awal dan terlebih di masa kehidupan Buddha sendiri? Perihal apa yang menyebabkan Devadatta menaruh kebencian yang begitu mendalam pada Buddha? Jawabannya terdapat dalam kisah Jataka ketiga, berjudul “Pedagang dari Seriva”. Kisah ini menitikberatkan pada bahaya kebencian (dosa) yang muncul dari keserakahan (lobha).

Pada suatu ketika di Kerajaan Seri, sekitar lima kalpa yang lampau, Bodhisatta berkutat dengan gerabah dan peralatan dapur, dan dia dipanggil dengan sebutan ‘pedagang dari Seriva’. Pedagang lain yang juga menjual barang-barang yang sama adalah seseorang yang serakah dan dipanggil pula dengan sebutan yang sama yakni ‘pedagang dari Seriva’. Mereka datang melintasi sungai Telavaha dan memasuki kota Andhapura. Dengan membagi secara adil jalan-jalan yang mereka lalui, seorang pedagang mulai menjajakan barang dagangannya di wilayahnya sendiri, dan demikian pula dengan pedagang yang lain.

Di kota tersebut terdapat pula sebuah keluarga yang miskin. Sebelumnya mereka adalah keluarga pedagang yang kaya raya, tetapi pada saat cerita ini dikisahkan mereka telah kehilangan semua anak dan saudara laki-laki mereka, demikian pula dengan semua kekayaan mereka. Satu-satunya yang bertahan hidup adalah seorang gadis dan neneknya. Mereka bertahan hidup dengan bekerja. Walaupun sekarang hidup dalam kemiskinan, mereka memiliki sebuah mangkuk emas di rumah mereka yang digunakan oleh kepala keluarga untuk makan, tetapi mangkuk tersebut telah ditempatkan di antara panci dan wajan, dan karena telah lama tidak digunakan, mangkuk itu pun tertutup oleh tanah dan kotoran sehingga kedua wanita itu tidak mengetahui bahwa mangkuk tersebut terbuat dari emas. Di depan pintu rumah mereka terdengar teriakan si pedagang serakah, “Jual gerabah! Jual gerabah!”. Dan si gadis, ketika mengetahui ada si pedagang serakah di sana, berkata kepada neneknya, “Oh nenek, belikanlah aku sebuah gerabah.”

“Kita sangat miskin sayangku, apa yang dapat kita tawarkan sebagai penggantinya?”

“Mengapa tidak menggunakan mangkuk yang tidak berguna bagi kita ini saja. Ayo kita tukarkan dengan mangkuk ini.”

Wanita tua itu kemudian mengajak si pedagang masuk ke rumah dan duduk lalu memberikan mangkuk tersebut sambil berkata, “Ambillah ini tuan, dan berikanlah sesuatu yang pantas kepada saudara perempuanmu ini sebagai gantinya.”

Si pedagang mengambil mangkuk tersebut ditangannya, membalikkannya dan mencurigai bahwa mangkuk itu sebenarnya adalah emas. Dia menggoreskan sebuah garis di bagian belakang mangkuk itu dengan sebuah jarum dan dia pun yakin bahwa mangkuk itu benar-benar terbuat dari emas. Kemudian si pedagang serakah berpikir bahwa dia dapat memiliki mangkuk tersebut tanpa memberikan apapun kepada si wanita tua, dia berteriak, “Apa nilainya mangkuk ini? Mangkuk ini bahkan tidak seharga setengah koin!” Dan ketika itu juga dia melemparkan mangkuk itu ke tanah, bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan rumah keluarga miskin. Sekarang, seperti yang telah disepakati sebelumnya antara kedua pedagang dari Seriva bahwa seseorang boleh berdagang di jalan yang sama seperti jalan yang telah dilalui pedagang lainnya, Bodhisatta pun melalui jalan yang sama dan muncul di depan rumah keluarga miskin tersebut, berteriak, “Jual gerabah!” Sekali lagi si gadis meminta hal yang sama kepada neneknya dan si wanita tua itu pun membalas, “Sayangku, pedagang pertama tadi melemparkan mangkuk kita ke tanah dan pergi meninggalkan rumah. Apa lagi yang bisa kita tawarkan sekarang?”

“Oh, tetapi pedagang tadi adalah orang yang bermulut kasar, nenekku sayang, sebaliknya pedagang ini kelihatannya orang yang baik hati dan bertutur kata halus. Sangat besar kemungkinan dia bersedia mengambil mangkuk ini.”

“Kalau begitu panggillah dia masuk.”

Maka si pedagang itu pun masuk ke dalam rumah dan mereka memberikan sebuah tempat duduk dan memberikan mangkuk ke tangan si pedagang. Melihat bahwa mangkuk itu terbuat dari emas, dia berkata, “Ibu, mangkuk ini senilai dengan seratus ribu keping; saya tidak mempunyai uang sebanyak itu.” “Tuan, pedagang pertama yang datang kemari berkata bahwa mangkuk ini tidak senilai dengan setengah koin, jadi dia pun melemparnya ke tanah dan pergi. Ini pastilah berkah dari kebaikanmu yang mengubah mangkuk ini menjadi emas. Ambillah dan berikanlah kami sesuatu sebagai gantinya dan pergilah.” Pada waktu itu Bodhisatta memiliki 500 keping uang dan persediaan barang yang jauh lebih besar harganya. Semuanya diberikan kepada keluarga miskin tersebut sambil berkata, “Kalau begitu sisakan saja tas dan timbanganku, serta delapan keping uang untukku.” Dan dengan persetujuan mereka dia pun menyimpan sisa barang serta uang tadi, kemudian pergi menuju ke sisi sungai dimana dia memberikan delapan keping uangnya kepada tukang perahu dan pergi menyeberang sungai.

Setelah beberapa saat, si pedagang serakah kembali ke rumah itu dan bertanya apakah mereka akan memberikan mangkuk mereka sambil berkata akan memberikan mereka sesuatu sebagai gantinya. Tetapi si wanita tua mengusirnya dengan kata-kata berikut, “Kamu yang berkata bahwa mangkuk emas kami yang berharga seratus ribu keping bahkan tidak senilai dengan setengah koin. Tetapi tadi telah datang seorang pedagang jujur yang memberikan kami seribu keping sebagai gantinya dan dia telah mengambil mangkuk itu pergi.”

Kemudian si pedagang serakah itu berseru, “Dia telah merampok mangkuk emas seharga seratus ribu keping yang seharusnya milikku; dia telah membuatku rugi banyak.” Dan kepedihan mendalam datang menyelimutinya sehingga dia kehilangan kendali diri dan menjadi seperti orang gila. Semua uang dan barang dagangannya dilemparkan di depan pintu rumah, dia membuang pakaian atas dan bawahnya dan dengan bersenjatakan tongkat timbangannya sebagai alat pemukul, dia berlari mengejar Bodhisatta hingga ke tepi sungai. Mengetahui bahwa Bodhisatta telah menyeberang, dia berteriak kepada tukang perahu untuk kembali tetapi Bodhisatta memerintahkannya untuk meneruskan perjalanan. Pedagang serakah itu pun hanya bisa berdiri di sana menatap dan memandangi Bodhisatta dari jauh, kepedihan mendalam datang menghantuinya, hatinya semakin panas, darah mengucur dari mulutnya, dan hatinya pecah seperti lumpur di dasar kolam yang mengering. Melalui kebencian yang telah ditanamnya kepada Bodhisatta, ia tewas saat itu juga (ini adalah pertama kalinya Devadatta menaruh dendam terhadap Bodhisatta). Sedangkan Bodhisatta, setelah menghabiskan sisa hidupnya dengan amal dan perbuatan baik lainnya, meninggal dunia sesuai dengan jasa kebajikannya.

Selasa, 10 Agustus 2010

Microsoft Excel


Menggunakan Print Preview pada Excel

Tampilan lembaran kerja di monitor tidaklah sama dengan tampilan kerja pada saat dicetak di printer. Oleh karena itu, kita perlu melihat terlebih dahulu bagaimana hasil tampilan lembaran kerja saat dicetak di printer. Untuk melihat tampilan lembaran kerja saat dicetak, kitas dapat menjalankan perintah Print Preview. Print Preview dapat dijalankan dari menu File atau dengan menekan tombol Print Preview di toolbar standar.

Tampilan jendela Excel pada kondisi Print Preview akan berbeda dengan tampilan jendela Excel pada kondisi normal. Demikian juga dengan tombol-tombol yang terdapat di jendela tersebut. Tombol-tombol toolbar yang kelihatan pada jendela Excel pada kondisi normal tidak akan ditampilkan lagi pada jendela Print Preview.

Mencetak Lembaran Kerja Excel di Print 

Setelah kita melihat tampilan lembaran kerja yang akan dicetak dengan menggunakan perintah Print Preview, maka kita dapat memutuskan apakah lembaran kerja tersebut siap dicetak atau masih membutuhkan beberapa pengeditan atau pengaturan. Bila kita memutuskan untuk mencetak lembaran kerja tersebut, maka kita dapat memulai langkah-langkah percetakan. Langkah-langkah percetakan adalah sebagai berikut :

  1. Dari menu File, klik Print. Kotak dialog Print akan ditampilkan.
  2. Pilihlah printer yang akan digunakan untuk mencetak lembaran kerja. Kita hanya dapat memilih printer yang telah terinstall ke computer kita. Pada saat memilih printer, pastikan bahwa printer yang kita pilih adalah printer yang sedang terhubung ke komputer kita.
  3. Beberapa pengaturan yang kita dapat lakukan pada kotak dialog print adalah sebagai berikut :
$ Pada bagian Print range, kita harus mengatur selang halaman yang akan dicetak. Secara default, computer akan memilih All untuk mencetak seluruh halaman. Bila kita ingin mencetak halaman tertentu saja, pilihlah Page(s) from – to dan masukkan selang halaman yang ingin kita cetak.

$ Pada bagian Print what, kita dapat memilih selection untuk mencetak bagian lembaran kerja di mana sel sedang aktif dengan memilih Active Sheet(s) untuk mencetak seluruh lembar kerja yang aktif dan memilih Entire Workbook untuk mencetak seluruh data di buku kerja.

$ Pada bagian Copies, kita dapat mengatur jumlah copy dari data yang akan dicetak.
  1. Klik tombol Properties. Kotak dialog Printer Properties akan ditampilkan.
  2. Kita dapat mengatur ukuran kertas sesuai dengan ukuran kertas yang tersedia di Printer di bagian Size is dan kualitas percetakan di bagian Print Quality
  3. Klik tombol OK untuk menutup kotak dialog Printer Properties.
  4. Klik tombol OK untuk memulai percetakan.

Tampilan kotak dialog Printer properties akan berbeda untuk setiap merek printer. Namun pada prinsipnya pengaturan yang kita lakukan adalah sama. Dengan mempelajari pengaturan printer yang diberikan disini, kita diharapkan dapat mengatur properties printer kita meskipun menggunakan merek yang berbeda.