Sabtu, 24 Desember 2016

Resume 2016

Sabtu, 24 Desember 2016

Besok saya ke Lampung, so tonight is my last night in Padang. Sebelum saya disibukkan dengan tetek bengek perjalanan dan padatnya jadwal kegiatan di sana, saya ingin me-rewind dulu ingatan saya sebentar melewati 2016 yang sudah hampir berakhir ini. 

1. Hal pertama yang saya ingat pada awal tahun adalah ponsel baru haha..

2. Sepanjang 2016 ini total ada tiga orang pengurus organisasi yang pindah keluar kota. Sedih, pasti, mengingat mereka merupakan orang-orang yang saya andalkan dan sayangi, tetapi prinsip saya adalah saya tidak akan menghalangi perjalanan teman-teman saya selama itu menjadikan mereka lebih baik. We are deserve to be better, no matter what. Keep in touch, please. Kalian kebanggaanku.

See u, Felita

See u, Kevin

See u, Titi
3. Mei 2016, saya resmi bergelar Sarjana Kedokteran: Mira Mustika, S. Ked


4, Ada seseorang. Sudah dekat lama, entah setahun atau dua tahun. Tapi sekarang berbeda. Bagi saya, ini perang dingin. Mungkin ini foto terakhir keakraban kami.


Sekarang semuanya berbeda. Jauh berbeda. Sekadar berceritapun tidak. Katakanlah saya egois, tetapi saya tidak akan mulai bersikap dingin kalau tidak dipicu oleh suatu hal. Masa lalu kini hanya menjadi masa lalu. Dulunya perhatian, pendengar yang baik, penolong.. Malah, baru saya dengar lagi tadi, sudah ada yang lain. Dan saya mengenal perempuan itu. Dengan baik. Dan kalau dibandingkan lagi, saya memang tidak ada apa-apanya. Dia kalem, saya barbar. Dia cerdas, saya cuma hoki. Dia banyak berperan, saya hanya sok-sok penting.

Well, saya bukannya menginginkannya seutuhnya, tetapi saya mau dia yang dulu. Tidak bisakah kita kembali seperti saat-saat menyenangkan itu?

5. Oh iya, April 2016 saya mendapatkan ponakan baru. Perempuan, namanya Ellen Metta Xieka. Ini salah satu fotonya setelah berumur beberapa bulan.

Lucu, kan?
6. First love never dies. Kalau saya mengibaratkannya seperti kaca yang hancur berkeping-keping. Sekarang kaca itu sudah saya susun kembali menjadi utuh, dengan perekat di sana-sini. Tentu saja, kaca ini tetap rapuh. Disenggol sedikit, semuanya hancur berantakan lagi. Begitu rapuh.

Sudah lewat bertahun-tahun, tetapi tetap saja setiap bertemu.. yah, begitulah. Dan masih berlanjut sampai akhir tahun ini. "Wondering what will be my christmas gift", huh?

No picture, of course, atau semuanya akan langsung tau haha..

7. Liburan Juni 2016: wooo, it was awesome.


8. Bina Widya & Retret: akrab dengan orang-orang baru yeay..

Winny & Denny

Ko Mike & Ko Sotong

9. LDSMA Muara Bungo: sesuatu yang menyenangkan terjadi, demikian pula sesuatu yang mengejutkan juga terjadi.


10. STKD III Bukittinggi: mission accomplished. Mungkin kedengaran agak aneh, tetapi misi saya adalah menghadirkan keempat PMV yang ada di Sumatera Barat untuk berpartisipasi dalam STKD ini. Mestakung, semesta sangat mendukung hingga hal tersebut dapat tercapai :)


11. Hal yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya: Porprov. Saya harap ini yang terakhir, tetapi masa depan siapa yang tau? Dari dalam diri saya sendiri saya sudah yakin untuk menjadikannya yang terakhir. Faktor eksternal? Bukan kuasa saya lagi. 

Mengapa saya ingin ini menjadi yang terakhir kalinya? Well, saya senang berenang, tapi tidak lagi untuk mengejar prestasi. Cukup sudah. Saya tidak tau neraka itu rasanya seperti apa, namun kalau boleh saya bilang masa-masa menjelang Porprov ibarat neraka bagi saya. Bangun jam setengah lima, latihan pagi, ngantuk-ngantuk pas koas yang tidak ada ampunnya sama sekali, begitu pulang langsung latihan sore, malamnya tepar. Setiap hari seperti itu. Tidak terkecuali dinas. Bahkan saya yang sudah begadang semalaman mengurus pasien, besok sorenya pas pulang tidak langsung mencari kasur, tapi segera tancap ke kolam renang. 

Jangan bayangkan hari minggu untuk beristirahat. Latihan tetap lanjut. Pada saat itu saya merasa setiap harinya yang berhasil saya lalui seperti keberuntungan tersendiri bagi saya. Bagaimana hari-hari tersebut dilewati tanpa saya harus pingsan atau sampai masuk rumah sakit karena kelelahan. Jujur, jika ada yang menawarkan kepada saya untuk mengulangi masa-masa itu lagi, tanpa berpikirpun saya akan langusng berkata tidak. Apapun hasilnya. 

Latihan hari minggu

Walaupun saya tetap meraih medali emas, tetap saja, saya tidak berniat mengulang proses ini lagi. No. Not anymore. Bahkan setelah selesai pertandingan pun, saya masih merasa hasil yang saya peroleh tidak sebanding dengan perjuangan saya. Tadi saya belum menyinggung tentang belajar, kan? Untuk memperjelasnya, saya tidak bisa lagi belajar di rumah. Rumah hanya untuk tempat tidur dan makan malam. Sarapan? Dalam perjalanan ke RS. Makan siang? Di RS. Mandi saja saya di kolam renang. Jadi ya, rumah memang tempat untuk tidur dan makan malam saja. Saya juga heran, entah bagaimana saya bisa melalui masa-masa kepaniteraan klinik tanpa belajar di rumah. Yah.. begitulah, hari-hari terasa sangat berat. Namun siapa peduli?

Saya sampai pernah menangis diam-diam di ruang dokter muda. Saya baru dinas semalamnya, saya tidak pernah belajar, sore hari masih harus ke kolam renang, sementara besoknya OSCE. Bayangkan!


Cukup. Tidak akan terjadi lagi. Katakan saja saya bodoh karena menyia-nyiakan banyak hal, tetapi saya tidak mau ikut Porprov lagi.

12. Saya ingat saya pernah mencoba untuk ngobrol via skype dengan salah satu sahabat saya (dulunya). Dulu kami teman sebangku, bercerita tentang banyak hal. Beberapa orang malah menganggap kami pacaran haha.. Sayangnya, tidak selancar itu. Kebanyakan saya yang berbicara dan dia hanya diam. Kecewa, tentu saja. Dia memang orang yang realistis. Mungkin dia berpikir bahwa tidak ada gunanya menjalin persahabatan jarak jauh, tidak akan berguna. Masing-masing akan sibuk masing-masing. Jadi, ya saya putuskan, sebaiknya saya hentikan saja usaha ini. So sad, but what else I can do?

13. Ada satu hal yang semakin sering mengganggu saya selama setahun ini: precognitive dream, mungkin. Saya tidak tahu apa itu tepatnya, namun dari hasil google-an saya, namanya precognitive dream. Saya bahkan sempat insomnia dan gelisah selama berhari-hari, takut untuk tidur. Sampai sekarang masih. Saya cuma pernah menceritakannya sekali kepada orang lain, tapi yang ada saya malah diketawain. Padahal dia orang yang saya percaya, makanya saya mau menceritakannya. Sejak itu, saya belum mau membahasnya lagi. Takut dikatain 'gila'.

14. Last thing I want to review: love. Ada perasaan yang menghampiri, tidak cuma satu malah, tetapi tidak ada yang 'menjadi'. Entah saya atau pihak satu lagi. Satu, dua, tiga.. Satu, sepertinya sudah menemukan yang baru sementara saya masih sendiri sampai akhir tahun ini. Dua, bahkan lebih cepat lagi dapat cewek barunya. Tiga, I got a dream about him. Not a nice one. That's why I scared. What if it becomes true? 

Kesimpulan dari poin ke-14 ini, saya masih single sepanjang tahun 2016. Tidak tau mau berkata apa lagi, I'm speechless. 

---

It's december already. Everything just should be memories. Let's start a new year with new hope, okay?

Jumat, 16 Desember 2016

Kata-kata Dalai Lama


Saya selalu menyukai kutipan-kutipan Dalai Lama. Perkataan dan perbuatannya begitu universal dan dapat diaplikasikan dalam semua kehidupan, tidak peduli apapun agama, bangsa, atau sukunya.

  • Melalui kekerasan, kamu mungkin "mengatasi" masalah, tetapi kamu telah "menambah" benih kemunculan masalah-masalah baru - Dalai Lama
  • Menaklukkan diri sendiri adalah lebih baik daripada menaklukkan ribuan musuh dalam peperangan - Dalai Lama
  • Ada sebuah istilah di Tibet, "Musibah seharusnya dimanfaatkan menjadi sumber kekuatan." Tidak peduli seberapa susahnya kesulitan yang kita alami, betapa menyakitkannya keadaan tersebut, jika kita sampai kehilangan harapan, maka itu benar-benar merupakan musibah - Dalai Lama
  • Sebuah sendok tidak dapat merasakan nikmatnya makanan. Sebagaimana orang bodoh yang tidak mengerti kebijaksanaan, walalupun dia bergaul dengan orang suci - Dalai Lama 
  • Jika mampu, tolonglah orang lain. Jika tidak, setidaknya jangan mencelakakan orang lain - Dalai Lama
  • Tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan, kadang-kadang adalah sebuah berkah - Dalai Lama
  • Agama saya sangat sederhana. Agama saya adalah kebajikan - Dalai Lama

Bagi saya, kata-kata yang terakhir sangat cocok untuk keadaan politik saat ini. Sekarang di mana-mana membahas tentang perbedaan agama. Padahal, we do have a lot in common. The same earth, the same air, the same sky. Maybe if we started looking at what the same instead of what's different... Well, who knows.

Kamis, 15 Desember 2016

Pepatah Tiongkok Kuno

心情再差,也不要寫在臉上,,,因為沒有人喜歡看;
Walau hati lagi segalau apapun, janganlah ditampilkan diraut muka, karena tidak ada orang yang suka melihatnya.

日子再窮,也不要掛在嘴邊,因為沒有人無故給你錢;
Hidup semiskin apapun, tidak usah diutarakan, karena tidak ada orang yang tanpa alasan memberikan anda uang.

工作再累,也不要抱怨,因為沒有人無條件替你幹;
Kerja seletih apapun, tidak perlu ngomel, karena tidak ada orang yang tanpa alasan akan membantu anda bekerja.

生活再苦,也不要失去信念,因為美好將在明天;
Hidup sesulit apapun, jangan hilang kepercayaan diri, karena esok hari akan lebih indah.

品性再壞,也要孝順父母,因為你也有老的那天
Seburuk apapun sifatnya, harus tetap berbakti kepada orang tua, karena suatu saat nanti anda juga akan menjadi tua.

如果難過就努力抬頭望天空吧,它那麼大,一定可以包容你的所有委屈。
Jika sedang bersedih tatap langit, langit begitu luas, pasti bisa menampung semua perasaanmu yang tertekan.

時間不一定能證明許多東西,但一定會讓你看透許多東西。
Walaupun waktu belum tentu dapat membuktikan banyak hal, namun pasti bisa membuat anda mengerti banyak hal.

Selasa, 13 Desember 2016

Menjadi Orang Baik, oleh: YM Bhante Sri Pannavaro

Ada orang berbuat baik dengan tujuan supaya kelihatan baik. Dia berbuat baik supaya masyarakat melihat bahwa dirinya adalah orang baik. Jadi, kalau sampai tidak ada orang lain yang melihat itu, maka dia akan kecewa. "Wah! Sudah saya relakan untuk tidak tidur dan uang sudah keluar banyak, tetapi mengapa orang-orang masih belum menyebut saya orang baik?" Dia akan menyesal. Itulah berbuat baik dengan tujuan supaya tampak baik di mata orang lain.

Ada orang yang berbuat baik dengan tujuan agar hidupnya enak, hidupnya lancar, keberuntungannya tidak putus, anak-anak dan keluarganya baik, pangkat derajatnya menjadi tinggi, dan tidak mengalami banyak kesulitan. Itulah salah satu tujuannya berbuat baik, melakukan amal-amal kebajikan. Tujuan ini amat wajar. Berbuat baik agar memetik buah kebaikannya itu dalam wujud kehidupan yang cukup makanan, cukup sandang, kehidupan anak-anak lancar, bukankah tujuan atau harapannya itu sesuatu yang wajar sekali?

Namun, tujuan baik yang paling tinggi adalah agar bisa menjadi orang baik. Kalau orang berbuat baik dengan tujuan menjadi orang baik, maka pasti orang lain akan melihat dirinya adalah orang baik. Pasti. Tidak usah ingin terlihat baik. Dengan sendirinya nanti pasti tampak baik karena memang dirinya orang baik. Jadi, dia berbuat baik supaya menjadi baik, bukan semata-mata supaya orang lain melihat dirinya seperti orang baik dan mendapat pujian.


Misalnya, tempat ini adalah tempat dengan udara terbuka. Lalu ada kayu cendana dan bunga-bunga yang baunya harum. Kalau angin bertiup dari barat ke timur, maka sebelah timur akan berbau harum, tetapi sebelah barat tidak berbau. Namun, keharuman orang yang berbuat baik bisa menentang arus angin, tidak hanya tergantung oleh arah bertiupnya angin. Di mana-mana bisa terdengar orang mengatakan, "Oh, dia orang baik." Bila kita berbuat baik untuk menjadi orang baik, maka pangan dan sandang pasti tidak akan kekurangan. Jika kita berbuat baik untuk betul-betul menjadi orang baik, maka kita tidak akan kekurangan. Kita akan kelihatan baik. Itu pasti. Pasti namanya juga harum, pasti berkecukupan. Namun, semua itu bukan menjadi pendorong kita berbuat baik. Kita berbuat baik dengan tujuan menjadi baik, sekalipun tidak ada orang lain yang tahu.

Berusahalah, meskipun mungkin tidak bisa seperti biarawan. Kita berbuat baik dengan tulus supaya kecenderungan kita untuk berbuat jahat bisa berkurang. Di samping itu, agar kehidupan kita juga baik, anak-anak bisa sekolah, sehat, tidak banyak rintangan yang berarti, dan sebagainya. Itu tujuan yang wajar, asalkan jangan berbuat baik hanya supaya orang lain bisa melihat dirinya baik. Itu terlalu rendah. Pujian orang lain itu tidak perlu dicari, nanti akan datang sendiri.

Seandainya kita melakukan kebaikan dan ada orang lain mengaku bahwa kebaikan kita itu dialah yang melakukannya, kita tidak usah marah, ribut, atau sampai pukul-pukulan. Pukul-pukulan hanya karena berebut ucapan, "Aku yang melakukan, bukan kamu." itu tidak perlu. Nilai kebaikan kita akan tetap menjadi bagian dari kehidupan kita, tidak akan hilang. Apalagi kita melakukan kebaikan tidak untuk mencari pujian. Kalau kita melakukan kebaikan dengan sungguh-sungguh, maka kita pasti sungguh-sungguh baik.

Senin, 12 Desember 2016

Why I Believe Buddha

Suatu bacaan yang menarik bagi saya. Jadi, saya juga akan membagikan sedikit pencerahan ini :)

Buddha tidak pernah menjanjikan hal-hal indah ataupun menjanjikan saya pasti akan ke surga atau nirvana bila percaya kepada-Nya. Buddha juga tidak pernah berkata, "Jika tidak percaya kepada-Ku, maka pasti masuk neraka." 

Buddha tidak memberikan dongeng yang mengerikan atau menyenangkan supaya manusia percaya dan takut terhadap-Nya. Buddha tidak pernah mengatakan, "Akulah yang menciptakan langit dan bumi ini." Buddha bahkan juga tidak bisa mensucikan orang lain.

Bahkan untuk mensucikan diri sendiripun mengandalkan kita sendiri, tetapi mengapa saya masih mau mengikuti ajaran yang diajarkan oleh-Nya? Karena Buddha-lah, saya tahu:
- mengapa saya menderita?
- mengapa saya sakit? Dan lain-lain.

Dari Buddha saya mengerti hukum karma dan empat kesunyataan mulia, sehingga menambah kebijaksanaan untuk tidak menyalahkan siapapun atas penderitaan sendiri. Dari Buddha juga saya diajarkan cinta kasih terhadap semua makhluk hidup apapun juga. 


Jika suatu saat saya berhasil dalam melewati roda samsara ini sampai akhir hidup, saya hanya ingin agar dapat terbebas dari kelahiran. Tidak ada kelahiran, maka tidak ada penderitaan dan kematian. Apa yang kita tanam, itu yang kita petik. Apa yang kita lakukan, itu yang kita dapatkan (hukm karma). Demikianlah ajaran yang diajarkan oleh Buddha. 

Ingat: Suka cita dan duka cita di tangan kita masing-masing, bukan di tangan siapa-siapa.

Jumat, 09 Desember 2016

Triple Filter Test

Socrates adalah seorang filsuf besar Yunani yang terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan Socrates dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"


"Tunggu sebentar," jawab Socrates.

"Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana yang disebut Triple Filter Test."

1. FILTER PERTAMA: kebenaran
"Apakah Anda yakin bahwa apa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?"

"Tidak," jawab orang itu. "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata Socrates. "Jadi, Anda tidak yakin itu benar. Sekarang saya berikan filter yang kedua."

2. FILTER KEDUA: kebaikan
"Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan menceritakan sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi, masih ada satu filter lagi, yaitu filter ketiga."

3. FILTER KETIGA: kegunaan
"Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu akan berguna bagi saya?"

"Tidak. Sama sekali tidak."

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin menceritakan sesuatu yang BELUM TENTU BENAR, BUKAN TENTANG KEBAIKAN, dan bahkan TIDAK BERGUNA bagi saya. Mengapa Anda harus menceritakan itu kepada saya?"

---
Sahabatku, demikianlah mengapa SOCRATES dianggap sebagai seorang filsuf besar dan sangat terhormat. 


Gunakanlah Triple Filter Test setiap kali kita mendengar atau menyampaikan sesuatu tentang kawan kita atau orang lain. Jika bukan kebenaran, bukan kebaikan, dan bahkan tidak ada kegunaan yang positif, berita tersebut tidak perlu kita terima atau tanggapi, apalagi kita sampaikan kepada orang lain.

Ingat: Barangsiapa membawa berita tentang orang lain kepadamu, maka dia akan membawa berita tentang dirimu kepada orang lain. Semoga hari-harimu selalu indah bersama keluarga tercinta <3 p="">

Rabu, 05 Oktober 2016

Kekeliruan Tentang Agama Buddha (part 2)

Banyak orang, bahkan umat Buddha sendiri yang keliru dalam memahami ajaran Buddha. Beberapa kekeliruan itu terbentuk selain karena pergaulan dalam komunitas tertentu, juga harus disadari karena kita sendiri sebagai umat Buddha terkadang tidak terlalu menaruh perhatian terhadap ajaran mulia ini. Berkat rasa bakti dan pengabdian jutaan umat Buddha di seluruh dunia sejak zaman dulu kala hingga saat ini, agama Buddha berhasil bertahan selama lebih dari 2500 tahun - sebuah usia yang cukup tua bagi sebuah agama -, tetapi yang patut kita perhatikan pula adalah bahwa dalam perkembangannya selama kurun waktu tersebut, ajaran Buddha telah sedikit banyak menerima berbagai akulturasi dan adaptasi yang terkadang bahkan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dalam ajaran Buddha sendiri.

1. Umat Buddha harus menjadi vegetarian

Mungkin pada beberapa tradisi buddhis menjadi vegetarian merupakan suatu kewajiban, tetapi kebanyakan tradisi dan biarawan/biarawati memandang bahwa vegetarianisme sebagai suatu pilihan pribadi dan bukan perintah dalam agama Buddha. 


Dalam teks-teks Pali, Buddha sendiri tidak pernah disebutkan sebagai seorang vegetarian. Para bhikkhu dan termasuk Buddha sendiri, berjalan mengumpulkan dana makanan dan peraturannya adalah bahwa makanan apapun yang diberikan oleh umat awam haruslah diterima dan dimakan, termasuk daging, kecuali apabila bhikkhu tersebut telah mengetahui bahwa daging tersebut dibunuh khusus untuk dipersembahkan kepada bhikkhu, maka bhikkhu dilarang memakan daging tersebut.

2. Ajaran Buddha bukanlah sebuah agama

Sebenarnya pernyataan di atas muncul karena kata "agama" yang didefinisikan secara umum memiliki konsep Ketuhanan yang tunggal, memercayai kitab suci masing-masing, dan biasanya memiliki nabi-nabi penyebar agama. Mengingat syarat-syarat tersebut, tentu saja agama Buddha tidak dapat disebut sebagai agama, tetapi seharusnya kata "agama" lebih luas daripada itu. Definisi agama hanya sebatas sebuah sistem kepercayaan terhadap Tuhan (atau sesosok maha dewa atau dengan sebutan apapun lainnya) dan terhadap isi kitab suci saja tentulah sangat sempit. 

Seharusnya kita mendefinisikan agama dari tujuan awal diciptakannya agama itu dalam komunitas manusia. Yang saya yakini, tujuan awal dari penciptaan sebuah agama adalah demi memberikan arah hidup yang benar bagi manusia, sehingga tercipta perdamaian diri dan perdamaian dunia. Cara hidup atau pedoman hidup itulah yang seharusnya menjadi hal pokok dalam mendefinisikan kata agama. Kalau mau lebih global, kita bisa melihat dari definisi "religion" (bahasa inggris), yakni sebuah sistem kepercayaan berkenaan dengan sebab, sifat/karakteristik, dan tujuan dari alam semesta ini.

Jadi menurut saya, ajaran Buddha sebagai pedoman hidup jelas merupakan sebuah agama. Sebuah agama yang besar yang darinya banyak zaman keemasan muncul di berbagai belahan bumi. Bahkan menurut saya, ajaran Buddha tidak hanya sekedar agama, tetapi juga pedoman hidup, filosofi, ilmu pengetahuan, dan gaya hidup.

3. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk menderita

Jelas ini merupakan kekeliruan besar. Buddha tidak pernah mengajarkan kita untuk hidup menderita. Sebaliknya, tujuan utama Petapa Gotama menjadi seorang Buddha adalah membebaskan manusia dari penderitaan. Pandangan keliru yang mengatakan bahwa ajaran Buddha mengajarkan penderitaan tampaknya berasal dari kekeliruan sebagian orang terhadap butir pertama dari Empat Kesunyataan Mulia, yakni bahwa hidup adalah penderitaan. Sebenarnya apabila kita teliti, kata dukkha kurang tepat diartikan sebagai penderitaan. Lebih tepatnya dikatakan sebagai sesuatu yang tidak memuaskan, sesuatu yang tidak permanen, sesuatu yang cenderung berubah. Jadi, bahkan kebahagiaan maupun kemalangan bisa disebut dukkha karena mereka datang dan pergi setiap saat dalam kehidupan kita.

Lebih dari itu, Buddha tidak hanya mengajarkan bahwa hidup adalah dukkha saja, tetapi juga apa penyebabnya (butir kedua), apakah ada kemungkinan terbebas dari dukkha (butir ketiga), dan bagaimana cara agar terbebas dari dukkha (butir keempat). Dengan demikian, jelaslah bahwa Buddha adalah seseorang yang sangat peduli terhadap kepentingan umat manusia dan ajarannya bukanlah ajaran pesimis, melainkan realistis. 

4. Umat Buddha menjauhi kemelekatan, jadi mereka tidak bisa menjalin hubungan apapun

Ini juga merupakan penyataan keliru yang bahkan sering kali diartikan oleh umat Buddha sendiri. Memang benar Buddha mengajarkan kita untuk tidak melekat, selalu berlatih melepas, tetapi bukan berarti kita dianjurkan untuk tidak memiliki pertalian hubungan dengan siapapun. Menjauhi kemelekatan tidak berkaitan dengan masalah menjalin hubungan. Justru hubungan harus dipelihara dengan baik, hingga pada akhirnya harus berpisah, pun berpisah dengan baik - tidak melekat dan tidak menjadi menderita karenanya.


Menjauhi kemelekatan adalah pada saat kita menerima kondisi yang berbeda (entah itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan), kita sadar bahwa segala sesuatu itu memang tidak ada yang kekal, selalu berubah, dan oleh karena itu, bersedia untuk melepasnya serta menerima kondisi apapun yang terjadi dengan kesadaran.

5. Umat Buddha bersembahyang pada patung Buddha

Jelas ini kekeliruan besar. Dalam kitab Tipitaka, Buddha sendiri menjelaskan bahwa yang kelak akan menggantikan diri-Nya ketika Beliau sudah tiada adalah Dhamma dan Vinaya. Dalam perkembangan awal ajaran Buddha di India pun, umat Buddha masih belum mengenal patung Buddha atau Buddha rupang, bahkan banyak dari para pelajar buddhis dan umat Buddha beranggapan bahwa Buddha Gotama adalah manusia biasa yang kemudian berkat usaha kerasnya sendiri berhasil menemukan pencerahan.


Akan tetapi, bermula dari rasa bakti dan niat baik, umat pun mulai membuat patung-patung Buddha dengan tujuan untuk mengingat kembali kehadiran Beliau di dunia ini dan ajaran - ajaran-Nya, jadi umat Buddha tidak bersembahyang pada patung Buddha karena umat Buddha sama sekali tidak mengidolakan patung Buddha tersebut atau meminta-minta sesuatu pada patung tersebut. Selain itu, bagi para buddhis, patung Buddha juga merepresentasikan sifat ke-Buddhaan yang ada dalam diri setiap makhluk. Dengan menyadari hal ini, maka gambar, patung, atau simbol buddhis apapun bagi para buddhis adalah sebagai objek penghormatan dan pengingat kembali akan ajaran-ajaran Buddha.

Senin, 05 September 2016

Sifat Orang-Orang yang Mengesalkan

Oke, saya buat tulisan ini karena kekesalan saya sudah memuncak gara-gara dua orang.

1. Bullshit! Tahun lalu, "saya akan selalu mendukung, membantu, bla bla bla..." Cuih, sekarang malah mempersulit dan tiap mau ngomong harus siapin mental dulu buat adu mulut. Emang yah, omongan lelaki itu ga ada yang bisa dipegang. Bilang pergaulan dengan si itu salah, lebih baik dengan si ini yang walaupun begitu, tetapi hatinya sebenarnya baik. Buktinya? Bukan ikutan baik, malah sama-sama tambah bikin susah.

2. Buat orang-orang yang tipe belajarnya golongan kolot, please yah... Belajar tuh ga usah sampe nyusahin orang lain. Lurus tabung banget, sih. Perfeksionis sekali. Kalau emang salah pun - entah itu terlambat absen, tugas yang katanya belum sempat dibikin karena saking sibuk ngafalin yang lain, atau salah tulisan dikit yang akhirnya bikin nilai jadi berkurang - ya udah sih, terima dan akui aja. Jangan malah cari kambing hitam buat disalahin. Sudah umur berapa bro n sis? Umur segini masih ga bisa terima kesalahan dan cari-cari orang yang ga ada hubungan apa-apa dengan kesalahan sendiri buat disalahin?

Huft! Pergi jauh-jauh sana!

Jumat, 02 September 2016

PANDANGAN KELIRU DALAM AGAMA BUDDHA

1. Pandangan keliru: Pendarasan adalah sesuatu yang sia-sia dan tak bermanfaat

Pendarasan atau pelafalan sutra dan paritta memiliki makna tertentu dan manfaat khusus. Terdapat banyak jenis pendarasan. Pendarasan paritta cinta kasih (Karaniya Metta Sutta) membantu si praktisi untuk memancarkan cinta kasih kepada makhluk lain. Pendarasan juga bisa membantu meditasi. Dengan memusatkan perhatian pada pelafalan, mendaras bisa membantu menghentikan pikiran supaya tidak melayang-layang dan sebaliknya, akan memperkuat pemusatan perhatian. Pelahafal sutra juga merupakan cara piawai untuk membuka hati umat Buddha terhadap ajaran sejati Buddha yang bisa membimbing mereka untuk lebih mendalami dan memahami kebijaksanaan menuju pembebasan. 


2. Pandangan keliru: Nibbana/Nirwana tak dapat dipahami.

Nibbana bukanlah sesuatu yang tak bermakna. Dalam istilah umum, nibbana berarti kebebasan dari penyebab daar segala derita. Secara harfiah, istilah "nibbana" berarti "meniup padam", seperti halnya memadamkan nyala api. Nibbana adalah padamnya segala keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin. Padamnya hal-hal ini menimbulkan kemurnian dan kedamaian yang luar biasa. 

3. Pandangan keliru: Semuanya gara-gara kamma/karma

Karma tidak berarti fatalisme (takdir langit yang tak bisa diubah lagi). Secara harfiah istilah "karma" berarti "perbuatan". Karma merujuk pada niat kita, yang terwujud sebagai perbuatan jasmani, ucapan, ataupun pemikiran. Apa yang ktia alami saat ini, yang baik maupun yang buruk, ditentukan oleh pemikiran dan perbuatan kita di masa lampu (sekalipun baru berselang beberapa saat yang lalu). Demikian pula, apa yang akan kita alami pada masa depan dipengaruhi oleh pemikiran dan perbuatan kita pada masa kini. Karma tidak berarti kita diberikan takdir yang sudah tak bisa diutak-atik lagi, yang harus kita terima secara pasif. Karma kita senantiasa berubah, tergantung bagaimana kita berpikir dan berbuat di masa kini. Dengan mengubah pemikiran dan perilaku kita menjadi lebih baik, kita bisa menciptakan keadaan yang diperlukan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Sangatlah penting bagi kita untuk tetap bersikap positif dan berbudi baik dalam pemikiran dan perilaku kita dalam keadaan-keadaan yang tidak menguntungkan.


Jumat, 26 Agustus 2016

Kehidupan dalam (hampir) Setahun

Tepat sebelum saya membuat entri ini, saya membaca entri teman saya yang dia pos sekitar dua minggu yang lalu. Temanya tentang bersyukur. Berhubung saya sudah lama ga ngetik tentang hasil pemikiran saya alias cuma renungan atau penjelasan beberapa hal, so tonight i'll write some of them. 

Awalnya bingung sih mau ngetik ttg apa. Rasanya banyak sekali yang berputar-putar di pikiran ni haha.., tapi berhubung tadi saya ada sedikit menyinggung ttg bersyukur dari entri teman saya, baiklah saya akan bercerita tentang bersyukur versi saya saja.

Pas saya baca sekian banyak hal-hal yang disyukuri teman saya ini (untuk selanjutnya sebut saja "Y" ya, cape ngetiknya "teman saya" terus wkwk), saya jadi berpikir: apa daftar hal-hal yang bisa saya syukuri?

Bagi Y, tercapainya resolusi-resolusinya termasuk dalam daftar. Masalahnya, saya ga bikin resolusi pada awal tahun haha.. Dan masalah lainnya, ketika saya membuat entri ini, saya sedang berada dalam tekanan untuk sesuatu dalam jangka panjang, sehingga saya sampai kepikiran, "Kayaknya gue ga ada deh hal yang bisa disyukuri untuk saat ini."

Tapi ya saya pikir-pikir lagi, "Masa sih ga ada, Y aja banyak gitu daftarnya, masa gue ga ada satupun." Lalu taraaa.. Tiba-tiba saya flashback ke banyak peristiwa dari awal tahun 2016 ini sampai akhir bulan Agustus sekarang. Kayak film.

Saya diwisuda Bulan Mei (Y juga baru saja resmi menyandang gelar sarjana dan ini merupakan salah satu hal yang disyukurinya). Terus kayaknya yang lain hal-hal kecil aja deh: berkenalan dengan teman-teman baru dari luar daerah, sudah berhasil melewati masa kepengurusan yang naik turun selama satu tahun, sudah jadi dokter muda, HP baru, ponakan cewe baru, dapat kesempatan ke Muara Bungo untuk pertama kalinya (ga numpang lewat aja), dan lain-lain.

Yang kepikiran bagi saya sekarang adalah.. Y membahas tentang seseorang yang sedang dekat dengannya dan ini membuat saya jadi memikirkan sesuatu. Berbeda dengan Y, hubungan saya tidak semulus itu. Jangankan mendekati kisah Y, mungkin kalau saya bisa dibilang tidak ada harapan wkwk.. Yah gimana lagi, saya juga tidak akan menceritakannya melalui blog saya. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Terlalu sakit untuk dikenang :'

Selain senang sedih, ada juga sesuatu yang sebenarnya mengganggu saya beberapa bulan terakhir. Tidak senang, tidak pula sedih, tapi membebani saya. Saya juga tidak akan menceritakannya lagi hehe.. Terlalu privasi.

Intinya apa ya? Hmm.. Ini pikiran-pikiran yang berkeliaran aja sih soalnya, jadi bingung nyimpulinnya wkwk.. Mungkin begini: dalam setahun, banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup kita. Banyak sekali. Mulai dari peristiwa menyenangkan, menyedihkan, membebani, membingungkan, dan lain-lain. Hidup, siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya? Saya ingat-ingat lagi diri saya setahun yang lalu. Saya masih pusing mikirin skripsi. But now? Saya sudah jadi dokter muda sejak sekitar April atau Mei. Things are so much different. Apapun itu, sebenarnya ga boleh jadi penyesalan. Kenapa? Karena jika itu bagus, maka jadikanlah sebagai kenangan yang manis, namun kalau jelek, ya jadikan pelajaran dan pengalaman hidup agar tidak terulang lagi. Klasik sih, but it's true. 

Jumat, 12 Agustus 2016

Keakuratan Feng Shui Menurut Buddha Dharma

Dalam agama Buddha dijelaskan ada tiga hal yang paling berpengaruh dalam kehidupan seseorang dan feng shui menempati urutan paling akhir. Ketiga hal tersebut adalah:
  1. Karma pada kehidupan terdahulu
  2. Karma pada kehidupan sekarang
  3. Feng shui (keharmonisan elemen dalam diri dan alam)
Kadang-kadang kita bertemu orang dengan raut muka kusut yang sama sekali tidak menyenangkan untuk dilihat, namun banyak mendapat keuntungan dan bisnisnya lancar. Ada juga dua orang yang lahir pada hari, jam, dan shio yang sama, bahkan hidup dan tumbuh di kota yang sama, namun setelah dewasa memiliki kehidupan yang bertolak belakang. Tentu kita tidak dapat menyalahkan siapapun, termasuk orang tua yang melahirkan kita.

Seperti yang kita ketahui, segala sesuatu dalam kehidupan manusia bersifat anicca (tidak kekal), begitu pula dengan feng shui. Setiap saat peruntungan feng shui dalam diri seseorang dapat berubah, bahkan bertolak belakang 180 derajat. 

Biasanya perhitungan feng shui kamar tidur bertujuan untuk membentuk keluarga harmonis
Pada zaman pemerintahan dinasti Tang di Tiongkok ada seorang pemuka masyarakat yang memiliki hati berbudi luhur dan penuh cinta kasih. Beliau terkenal sebagai orang kaya yang sangat murah hati. Suatu hari datanglah seorang ahli feng shui bertamu ke rumah beliau. Karena merasa orang ini adalah orang yang baik dan penuh kebijaksanaan, maka ahli feng shui tersebut menilai rumah milik orang kaya ini. Ahli feng shui mengatakan bahwa rumah orang ini memiliki aura yang sangat baik.  Bila beliau bersedia mengubah rumah ini menjadi sekolah tinggi, maka akan menghasilkan para cendekiawan yang pintar yang dapat berbakti kepada bangsa dan negara. Penuh welas asih, pemuka masyarakat ini menyerahkan rumahnya untuk dijadikan sekolah. 

Pada zaman dulu orang-orang kaya memiliki rumah yang halamannya sangat luas untuk meletakkan makam leluhur. Sampai suatu hari ia berdiri di bawah pohon yang rindang di sebuah halaman yang sangat luas. Di tanah sebelahnya ia melihat seorang pemuda yang juga sedang mencari tanah untuk makam sanak keluarganya yang baru meninggal. Bersama pemuda itu juga ada seorang ahli feng shui. Ahli feng shui pada masa itu mengukur feng shui menggunakan putaran bintang. Ahli feng shui itu mengatakan bhwa dilihat dari putaran bintang, tanah ini adalah tanah yang terbaik, sedangkan tanah di sebelah adalah tanah yang akan membawa sial karena bintangnya berbentuk sapu. Itu berarti tanah ini akan seperti sapu yang menyapu seluruh harta dan keberuntungan sampai habis.

Pemuka masyarakat yang berbudi mendengar ahli feng shui sama sekali tidak kecil hati. Ia berpikir dalam hati, "Pemuda di sebelah sanak keluarganya baru saja meninggal. Ia membutuhkan makam secepatnya. Biarlah sesuatu yang baik untuk orang lain dan sesuatu yang buruk untuk saya. Seumur hidup saya sudah memiliki harta kekayaan. Bila dikejar terus, maka sampai puluhan keturunanpun tetap tidak akan ada puasnya. Biarkan keturunan saya menjadi orang yang mengalami kesialan asalkan tidak membawa keburukan bagi orang lain."
Setelah itu, tanah itu tetap dibeli oleh pemuka masyarakat tersebut. Tahun silih berganti, ketika bulan sembahyang leluhur (ceng beng) tiba seluruh keluarga besar datang ke makam tersebut. Dari tanah sebelah terdengar ahli feng shui berkata, "Apakah saya mulai kehilangan keahlian saya? Mengapa tahun lalu saya melihat tanah sebelah memiliki bintang sapu, malah sekarang berubah menjadi bintang naga yang melingkari kura-kura?" (naga berarti raja dan kura-kura berarti panjang umur). Perubahan yang bertolak belakang ini sangat menakjubkan. Pemuka masyarakat yang penuh cinta kasih dan keyakinan akan Buddha Dharma dengan rela mau memikul beban penderitaan orang lain. Dari pikiran kebajikan walaupun hanya sekejap dapat mengubah seluruh kehidupan menjadi lebih baik.

Jadi, bila kita ingin menerapkan feng shui dalam tata letak rumah atau kantor dan sebagainya, maka lakukanlah dengan logika. Setelah itu, hilangkan pikiran kesombongan dan hati yang tidak murni. Bila bisnis berjalan lebih lancar, maka jangan lupa untuk berdana paramita, menjalankan bisnis dengan jujur, dan mengikuti puja bakti. Perlu juga diingat bahwa perhitungan feng shui dapat akurat, berarti feng shui juga dapat berdampak dalam moralitas hidup manusia. Oleh karena itu, sebelum Anda menerapkan feng shui dalam kehidupan, terapkan Buddha Dharma terlebih dahulu. Orang yang mengerti Buddha Dharma mengerti bahwa bintan kegelapan bukan selamanya milik kita. Ia dapat berubah menjadi pancaran kebahagiaan bila kita mau memiliki pikiran yang benar dan memperbanyak kebajikan.

Dalam Buddhisme kita mengenal hukum sebab akibat yang merupakan jawaban atas hidup manusia yang memiliki latar berbeda-beda karena setiap orang yang berbuat akan mewarisi karmanya masing-masing. Buddha Sakyamuni bersabda, 
"Tidak di langit, tidak pula di tengah-tengah lautan, ataupun dengan memasuki gua-gua di gunung-gunung, tidak terdapat suatu tempat untuk menyembunyikan diri. Orang tidak dapat menghindari diri dari akibat perbuatan jahatnya sendiri." - Dhammapada 127

Rabu, 22 Juni 2016

Tujuh Keajaiban

Seorang guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan Tujuh Keajaiban Dunia. Tepat sebelum kelas usai, siang itu semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing. 

Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu mengumpulkan tugasnya paling akhir dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu. Malamnya sang guru memeriksa tugas murid-muridnya.

Sebagian besar siswa menulis demikian:

Tujuh keajaiban dunia terdiri dari
1. Piramida
2. Taj Mahal
3. Tembok Besar Tiongkok
4. Menara Pisa
5. Kuil Angkor
6. Menara Eiffel
7. Kuil Parthenon

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut. Guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam. Lembar terakhir tersebut milik si gadis kecil pendiam.

Isinya seperti ini:

Tujuh keajaiban dunia terdiri dari
1. bisa melihat
2. bisa mendengar
3. bisa menyentuh
4. bisa disayangi
5. bisa merasakan
6. bisa tertawa
7. bisa mencintai

Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswinya, kemudian merenung dan mengucapkan terima kasih untuk gadis kecil pendiam di kelasnya yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat.

Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban. Keajaiban itu ada di sekeliling kita untuk kita miliki. Berterima kasihlah atas semua yang sudah kita miliki hari ini.  

Selasa, 05 April 2016

Cupid

Salah satu hal yang selalu membuat saya tertarik ialah mitologi dewa-dewi Yunani. Entah kenapa, saya menyukai film-filmnya dan berbagai kisah tentang mereka. Kali ini saya akan mengulas sedikit mengenai sebuah maskot percintaan yang paling populer, yaitu Eros alias Cupid.

Dewa-dewi Yunani
Cupid seringkali digambarkan dengan sosok bayi montok, memiliki sayap, serta memegang busur dan panah. Cupid adalah dewa cinta pada masa Romawi kuno dengan kemampuannya dalam membuat dewa atau manusia jatuh cinta menggunakan panahnya, namun jauh sebelum Romawi mengadopsi Cupid dan menggantikan namanya, ia dikenal dengan nama Eros dalam mitologi Yunani. Asal usul Eros sendiri belum diketahui pasti sampai sekarang. Ada yang menggambarkan dia sebagai anak dari Nyx dan Erebus, ada pula yang menggambarkan ia sebagai anak dari Aphrodite dan Ares, bahkan ada yang menggambarkan ia sebagai anak dari Aphrodite dan Zeus.

Cupid dengan sosok bayi montok
Selain dikenal sebagai dewa cinta, Eros juga dikenal sebagai dewa yang suka memainkan perasaan. Seperti halnya dengan kisah Apollo, ketika itu Eros menembakkan panah emas ke Apollo. Setelah itu, ia jatuh cinta kepada Daphne. Sayangnya, Eros meluncurkan panah kelam ke Daphne, sehingga ia merasa jijik dengan Apollo.
Apollo dan Daphne
Dalam kisah lainnya ibu Cupid, Aphrodite (Venus) merasa iri dengan kecantikan Psyche. Iapun memerintahkan anaknya untuk membuat Psyche jatuh cinta dengan seorang monster, namun ketika Cupid melihat Psyche ia begitu terpikat dengan Psyche dan jatuh cinta dengannya. Merekapun menikah dengan syarat Psyche tidak dapat melihat wajah Cupid. Seiring berjalannya waktu, Psyche merasa sangat penasaran dengan wajah Cupid. Ia berusaha mencuri pandang wajah suaminya, namun Cupid menyadarinya. Iapun pergi meninggalkan Psyche dengan rasa marah. Setelah melewati perjalanan panjang mencari Cupid, Psyche akhirnya bertemu kembali dengan Cupid dan mereka diberikan karunia keabadian.

Eros dan Psyche
Awalnya Cupid digambarkan sebagai laki-laki yang sangat tampan yang disukai oleh dewa dan manusia, namun ketika periode Helenistic penggambaran Cupid mulai berubah menjadi anak nakal yang gemar bermain. Penggunaan Cupid sebagai maskot Hari Valentine telah berlangsung sangat lama dan masih berlanjut sampai sekarang, walaupun tidak diketahui keterkaitan antara Cupid dengan Hari Valentine.

Cupid sebagai laki-laki dewasa yang tampan
Apa pendapatmu dengan sosok Cupid?