Jumat, 28 September 2012

18 Tahun

Empat hari yang lalu aku genap berusia 18 tahun. Happy birthday Mira! Semoga aku dapat menjadi lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya, menjadi kebanggaan orang-orang (khususnya kedua orang tuaku), dan membawa kebahagiaan pada semua makhluk. Sadhu! Sadhu! Sadhu!


Well, banyak yang sudah kulalui selama setahun ini di usia ke-18. Sepertinya salah satu hal yang masih berbekas jelas di bayanganku adalah perjuanganku masuk Pendidikan Dokter di Universitas Andalas Padang. Dan aku akan menceritakannya sedikit di postinganku kali ini.

Sebagai permulaan, aku akan bercerita tentang alasan aku memilih pendok. Sebenarnya, bahkan di awal kelas 3 SMA pun aku masih bingung akan mengambil jurusan apa nantinya. Awalnya aku justru tidak tertarik sama sekali dengan kedokteran karena kuliahnya yang terlalu lama. Aku lebih menaruh minat di jurusan yang berhubungan dengan IT. Namun dengan berbagai masukan yang kudapatkan, juga dengan diskusi dengan kedua orang tuaku aku akhirnya memutuskan untuk memilih kedokteran.

Mengenai universitas, sama halnya dengan jurusan tadi. Aku mati-matian mengatakan kepada kedua orang tuaku bahwa aku sudah tidak mau lagi tinggal di Padang dan ingin mencoba mandiri di luar kota. Entah di kota mana terserah yang penting tidak di Padang, itulah yang kuucapkan mulanya. Sebelum SNMPTN, banyak universitas swasta yang sudah membuka pendaftaran. Aku tertarik, tapi sayangnya biaya kuliah di universitas swasta sangat tidak bersahabat. Saat Edu Fair diadakan di sekolahku aku berusaha mencari universitas yang mempunyai fakultas kedokteran dan menawarkan beasiswa. Malangnya, aku tidak menemukan satupun.

Jujur saja, aku pernah mencoba mendaftar beasiswa olahraga di UPH (tentu saja kedokterannya). Aku bahkan sampai ikut tesnya di UPH itu langsung. Aku berkeliling di sekitar lingkungan UPH setelah tes dan aku begitu mengagumi universitas yang satu ini. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap: ada tiga lapangan basket (kalau tidak salah) dan semuanya indoor, kolam renang, lapangan sepak bola, kantin yang bersih, parkir yang luas, dan masih banyak lagi. Aku berharap bisa diterima saat itu, aku sudah berangan-angan ingin berenang di kolam renangnya kala aku memiliki waktu luang. Sayang seribu sayang aku tidak lulus.


Aku kecewa. Sebenarnya lebih tepat dikatakan aku merasa tidak enak dengan orang tuaku dan teman mamaku di Jakarta yang sudah banyak membantu selama di sana. Beberapa alasannya yaitu: biaya tiket pesawat aku dan mamaku PP tidak murah, makan selama di Jakarta, waktu yang sudah dikorbankan untuk ke Jakarta. Tapi kedua orang tuaku berkata tidak apa-apa dan tetap semangat, jangan putus asa.

Beberapa bulan kemudian, aku mendaftar di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Sekali lagi aku gagal di tesnya. Memang aku tidak perlu ke Bandung untuk tes (tesnya dilaksanakan di sekolahku), tapi tetap saja aku sedikit memikirkan tentang hal ini karena aku jadi tidak memiliki universitas cadangan seandainya aku tidak lulus di negeri. Bukan hanya itu, aku bahkan juga mencoba undangan Kelas Internasional UI melalui program Talent Scouting! Aku sampai harus tes TOEFL dan membuat essay singkat berbahasa Inggris serta membayar biaya pendaftaran sebesar satu juta rupiah... dan lagi-lagi aku gagal.

Aku juga mendaftar SNMPTN undangan. Saat itu sudah di bulan-bulan akhir aku duduk di kelas 3 SMA dan orang-orang mulai bertanya padaku di mana aku akan kuliah. Sejujurnya aku tidak terlalu menyukai pertanyaan itu karena aku tidak mempunyai jawaban yang pasti. Teman-temanku banyak yang sudah mengambil universitas swasta, jadi mereka telah mendapatkan bayangan yang pasti akan seperti apa suasana kuliah mereka nanti, sementara aku masih terapung-apung di atas ombak yang tidak tahu akan membawaku ke mana.

Di SNMPTN undangan ini aku memilih UGM Yogyakarta dan Unand Padang dengan jurusan yang tetap tidak berubah, pendidikan dokter.
1. Aku memilih UGM karena aku sudah pernah pergi Jogja saat aku masih kelas 1 SMA. Aku menyukai kota itu: biaya hidupnya yang murah, banyaknya pelajar-pelajar dari berbagai kota yang juga kuliah di sana, kenangan-kenangan saat aku ke sana dulu, dan seingatku, aku setidaknya pernah berjanji pada seseorang
yang sudah lebih dulu kuliah daripada aku setahun di sana bahwa aku juga akan menyusulnya ke sana. Orang itu termasuk salah satu kenanganku selama di Jogja dulu :) Selain itu, ada lagi temanku di Jogja yang sudah kuanggap seperti koko aku sendiri, mengatakan bahwa sebaiknya aku kuliah di Jogja saja. Itulah sebabnya aku kemudian memilih UGM pada SNMPTN undangan.
2. Aku memilih Unand sebenarnya lebih karena permintaan orang tua dan teman-temanku di wihara. Dengan berbagai pertimbangan (entah apakah aku memang terbujuk dengan perkataan-perkataan mereka), aku mengambil pendok Unand di pilihan keduaku.

Hasilnya? Tidak.

Aku mulai berpikir, kenapa aku bisa tidak lulus satupun. Lalu aku mengambil sisi positifnya saja, mungkin akan ada yang lebih baik menantiku di depan. Aku mengikuti bimbel di GO sebaik mungkin yang aku bisa. Kelasku di GO dimulai dari jam 8 pagi sampai kurang lebih sekitar jam 10.30. Setelah itu, kadang-kadang aku membahas soal sampai sore. Aku bahkan pernah tidak makan siang demi belajar dengan pengajar-pengajar piketnya. Ada yang mengatakan aku terlalu rajin, tapi aku tidak banyak berpikir tentang ucapan mereka. Mau bagaimana lagi, namanya juga perjuangan. Masa aku tidak lulus (lagi) di SNMPTN tulis. Biarlah. Daripada aku tidak lulus sama sekali, yang penting aku berusaha dulu sekarang, batinku.

Hari-hari aku menunggu pengumuman SNMPTN merupakan hari-hari yang penuh ketegangan dan harapan.
Sehari sebelum pengumuman dikeluarkan aku bermimpi. Entah karena aku terlalu memikirkan pengumuman kelulusan itu atau apa, dalam mimpi tersebut aku diterima di Unand. Aku melonjak kegirangan. Saat aku bertanya pada teman-temanku bagaimana hasil SNMPTN mereka, salah satu temanku yang sangat pintar di sekolah tidak lulus satupun.

Aku ingat sekali hari itu hari Jumat dimana pengumuman akan keluar melalui internet jam 7 malam. Ketika itu aku sedan di perjalanan pulang dari latihan renang di Air Dingin, Lubuk Minturun. Biasanya aku yang bawa mobil, tapi karena saat itu aku akan mengecek kelulusanku via BB, papakulah yang bawa mobil di perjalanan pulang.

Beberapa kali websitenya error. Kurasa karena terlalu banyak yang mengakses waktu itu. Dan ketika akhirnya aku melihat garis loading mulai berjalan, aku deg-degan setengah mati. Pada SNMPTN tulis ini aku mendaftar di pendok Unand dan pendok Unri. Aku sungguh ingin berharap ingin diterima di Unand. Begitu aku melihat tulisan lulus, aku sangat senang sekaligus tegang. Di mana aku diterima? Dan saat aku menggeser layarnya ke bawah, mataku langsung tertuju ke tulisan Universitsa Andalas. Aku langsung berteriak! Papaku yang sedang bawa mobil sampai kaget.


Papa yang mendengar berita itu juga ikut senang. Aku segera menelepon mamaku dan memberi tahu kabar baik tersebut. Sesampainya di rumah, begitu papaku bertemu dengan mama, papa menitikkan air mata bahagia! Sungguh, aku juga ikut terharu melihatnya. Tidak ada yang selalu setia mendukungku dan menyemangatiku selama ini selain mereka berdua tentunya. Itu merupakan kebahagiaan yang tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasanya.


Begitulah. Sampai saat ini aku masih merasa berterima kasih dengan kegagalan-kegagalanku sebelumnya. Apalagi biaya kuliah yang lulus SNMPTN di Unand ini sangat murah. Bayangkan jika aku diterima di UPH atau Maranatha, berapa pula biaya yang harus aku keluarkan: biaya hidup, biaya kuliah, kos, jajan, dsb. Sungguh-sungguh berterima kasih untuk semuanya :') Oh ya, soal mimpi itu, ternyata temanku yang sangat pintar tersebut memang tidak lulus SNMPTN tertulis. Kesimpulannya, aku merasa mimpiku seperti pertanda yang tepat haha.

Sebagai salah bentuk ungkapan syukurku, aku menyumbangkan dana ke Yayasan Ehipassiko serta berdana untuk kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di wihara. Dan tidak lupa, aku juga melimpahkan jasa-jasa kebaikan itu untuk semua makhluk agar dapat terlahir di alam yang berbahagia. Sadhu.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattaa

Baiklah. Jika tadi aku bercerita tentang hal mengesankan yang terjadi selama setahun terakhir, sekarang aku ingin membahas tentang ucapan-ucapan selamat ulang tahun yang diberikan padaku tanggal 24 September kemarin. Terserah aku kan kalau postingan ini jadi begitu panjang dengan cerita-ceritaku, kan suka-suka aku hahaha.

Untuk seseorang yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku bahkan ketika jam di BB ku belum menunjukkan jam 12 tepat menuju 24 September (yah walaupun hanya satu atau dua menit lebih cepat sih hehe).
" ... Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik dalam memajukan ... Bahagia dan membahagiakan semua ... "

Berhubung kurasa orang yang bersangkutan juga tidak akan membaca postingan ini, jadi aku akan terbuka saja hehe. Aku berharap kita berdua dapat bekerja sama dengan baik tentunya. Bukan hanya kita berdua, tapi kita semua. Hanya saja, sebenarnya aku bahkan menginginkan lebih dari sekadar kerja sama yang baik, melainkan sangat baik, baik sekali, terlalu baik, atau kata-kata lain yang mengungkapkan hal serupa. Mengertikah maksudku? Bisakah itu? Tahukah kamu, bahwa sebenarnya dirimu juga termasuk alasan kenapa aku akhirnya memutuskan untuk kuliah di Unand?

Untuk orang yang berbeda.
"Happy B Day mir. Wish u all the best. GBU."

Sejujurnya aku berharap lebih daripada kata-kata itu. Entahlah. Gambar, voicenote, apapun. Aku merasa ada yang berubah. Aku menganggap gambar dolphin ini sebagai buktinya, bukti keakraban yang dulu pernah ada di antara kita sekarang seperti memudar, seperti ada jarak.

Aku menyukai voicenote dari salah satu temanku. Sayang sekali aku tidak bisa meng-upload voicenote itu di post ini (atau aku yang tidak tau caranya), tapi bunyinya kurang lebih seperti ini:
"Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday happy birthday. Happy birthday Mira. Selamat ulang tahun Mira! Semoga panjang umur, sehat-sehat, kuliahnya lancar. Semoga cepat dapat jodoh, terus... Apa ya? Ya pokoknya cepat tamat kuliah deh, biar gua bisa dapat pengobatan gratis kalau lagi sakit hehe ... "

Kata-kata cepat dapat jodoh itu berkesan bagiku. Haha. Sudah 3 tahun. Lama ya? Haha.

Well, kurasa itu saja dulu. Terima kasih untuk kedua orang tuaku yang sudah membesarkanku selama ini serta terima kasih kepada alam semesta yang sudah menjadikanku seperti saat ini. Happy 18th birthday to me :)

Sabtu, 08 September 2012

Nasihat Bijak Einstein Tentang Hidup

Dua hari yang lalu aku membaca sebuah postingan di terselubung.blogspot.com yang berjudul "7 Nasehat Bijak Einstein Tentang Hidup Sukses di Dunia". Di antara tujuh nasehat yang diuraikan tersebut, ada dua poin yang menarik perhatianku. Jangan tanya kenpaka karena aku hanya menyukai dua hal itu saja hehe.


  • "Seseorang yang tidak pernah membuat kesalahan sebenarnya tak pernah mencoba sesuatu yang baru." 
Nasihat yang diberikan Einstein ini biasanya aku hayati saat akan melakukan hal-hal baru agar aku tidak terlalu takut untuk melakukannya. Biasanya aku akan berkata kepada diriku sendiri bahwa kesalahan di kali pertama itu wajar dan belajarlah dari hal tersebut agar tidak terulang lagi untuk selanjutnya.  
Einstein tak pernah takut dengan kesalahan, tak perlu alergi dengan kesalahan. Catat baik-baik, KESALAHAN bukan KEGAGALAN.
Dua hal tadi berbeda. Kesalahan-kesalahan dapat membantu Anda menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih cerdas jika Anda menggunakannya dengan tepat tentunya.
Carilah sesuatu yang baru (something new) dari kesalahan Anda. Seperti sudah dibilang sebelumnya, jika ingin sukses, belajar lebih banyak dari kesalahan Anda. 

  •  "Saya tak pernah memikirkan masa depan - itu akan datang sesaat lagi."
Nasihat ini sangat sesuai dengan Dhamma, ajaran Buddha, tentang konsep kekinian. Kita kebanyakan terseret dalam pengalaman masa lalu atau terhempas ke masa depan yang belum datang. Padahal yang lalu sudah berlalu, tidak nyata, sedangkan yang akan datang belum tiba. Satu-satunya saat yang sebenarnya kita hidup adalah saat ini. Masalahnya kita lebih sering hidup tidak dalam kekinian, walaupun sebenarnya kita bisa melakukannya. Karena kita sering hidup hidup di masa lalu dan masa depan, kita menjadi menderia. 
Satu-satunya jalan agar hidup Anda baik di masa depan adalah hidup dengan baik pada saat sekarang. Ah, lagi-lagi nasihat bijak untuk menyikapi waktu dengan tepat oleh pakar fisika quantum Einstein.
Sangat tak mungkin mengubah kemarin karena semua sudah terjadi. Yang bisa Anda lakukan sekarang adalah mengubah cara pandang Anda saat ini tentang kemarin agar menjadi lebih baik. 

Anda juga tidak bisa mengubah besok menjadi lebih baik, kecuali jika Anda melakukan yang terbaik pada saat ini. Masalahnya hanya tentang waktu dan waktu tidak pernah kemana-mana kok. 
Diadapatasi dari
http://terselubung.blogspot.com/2012/09/7-nasehat-bijak-einstein-tentang-hidup.html