Senin, 05 September 2016

Sifat Orang-Orang yang Mengesalkan

Oke, saya buat tulisan ini karena kekesalan saya sudah memuncak gara-gara dua orang.

1. Bullshit! Tahun lalu, "saya akan selalu mendukung, membantu, bla bla bla..." Cuih, sekarang malah mempersulit dan tiap mau ngomong harus siapin mental dulu buat adu mulut. Emang yah, omongan lelaki itu ga ada yang bisa dipegang. Bilang pergaulan dengan si itu salah, lebih baik dengan si ini yang walaupun begitu, tetapi hatinya sebenarnya baik. Buktinya? Bukan ikutan baik, malah sama-sama tambah bikin susah.

2. Buat orang-orang yang tipe belajarnya golongan kolot, please yah... Belajar tuh ga usah sampe nyusahin orang lain. Lurus tabung banget, sih. Perfeksionis sekali. Kalau emang salah pun - entah itu terlambat absen, tugas yang katanya belum sempat dibikin karena saking sibuk ngafalin yang lain, atau salah tulisan dikit yang akhirnya bikin nilai jadi berkurang - ya udah sih, terima dan akui aja. Jangan malah cari kambing hitam buat disalahin. Sudah umur berapa bro n sis? Umur segini masih ga bisa terima kesalahan dan cari-cari orang yang ga ada hubungan apa-apa dengan kesalahan sendiri buat disalahin?

Huft! Pergi jauh-jauh sana!

Jumat, 02 September 2016

PANDANGAN KELIRU DALAM AGAMA BUDDHA

1. Pandangan keliru: Pendarasan adalah sesuatu yang sia-sia dan tak bermanfaat

Pendarasan atau pelafalan sutra dan paritta memiliki makna tertentu dan manfaat khusus. Terdapat banyak jenis pendarasan. Pendarasan paritta cinta kasih (Karaniya Metta Sutta) membantu si praktisi untuk memancarkan cinta kasih kepada makhluk lain. Pendarasan juga bisa membantu meditasi. Dengan memusatkan perhatian pada pelafalan, mendaras bisa membantu menghentikan pikiran supaya tidak melayang-layang dan sebaliknya, akan memperkuat pemusatan perhatian. Pelahafal sutra juga merupakan cara piawai untuk membuka hati umat Buddha terhadap ajaran sejati Buddha yang bisa membimbing mereka untuk lebih mendalami dan memahami kebijaksanaan menuju pembebasan. 


2. Pandangan keliru: Nibbana/Nirwana tak dapat dipahami.

Nibbana bukanlah sesuatu yang tak bermakna. Dalam istilah umum, nibbana berarti kebebasan dari penyebab daar segala derita. Secara harfiah, istilah "nibbana" berarti "meniup padam", seperti halnya memadamkan nyala api. Nibbana adalah padamnya segala keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin. Padamnya hal-hal ini menimbulkan kemurnian dan kedamaian yang luar biasa. 

3. Pandangan keliru: Semuanya gara-gara kamma/karma

Karma tidak berarti fatalisme (takdir langit yang tak bisa diubah lagi). Secara harfiah istilah "karma" berarti "perbuatan". Karma merujuk pada niat kita, yang terwujud sebagai perbuatan jasmani, ucapan, ataupun pemikiran. Apa yang ktia alami saat ini, yang baik maupun yang buruk, ditentukan oleh pemikiran dan perbuatan kita di masa lampu (sekalipun baru berselang beberapa saat yang lalu). Demikian pula, apa yang akan kita alami pada masa depan dipengaruhi oleh pemikiran dan perbuatan kita pada masa kini. Karma tidak berarti kita diberikan takdir yang sudah tak bisa diutak-atik lagi, yang harus kita terima secara pasif. Karma kita senantiasa berubah, tergantung bagaimana kita berpikir dan berbuat di masa kini. Dengan mengubah pemikiran dan perilaku kita menjadi lebih baik, kita bisa menciptakan keadaan yang diperlukan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Sangatlah penting bagi kita untuk tetap bersikap positif dan berbudi baik dalam pemikiran dan perilaku kita dalam keadaan-keadaan yang tidak menguntungkan.