Kamis, 21 Oktober 2010

pergaulan bebas

Bulan Juni lalu, aku mengikuti lomba Dhammadesana pada acara Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) VII di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta. Namun, aku belum berhasil masuk 10 besar :(  Tapi tak apa-apa, aku harus tetap semangat jika ada lomba-lomba lainnya di waktu yang akan datang. Bukan begitu, teman-teman? Hehehe. Nah, ini merupakan naskah Dhammadesana yang aku tampilkan dengan topik mengenai pergaulan bebas. Jika ada kritik dan saran, silakan, aku akan menerimanya dengan senang hati :)

 Ini foto di sela-sela waktu perlombaan, dengan pakaian lengkap yang aku kenakan saat sedang ber-Dhammadesana. Kelihatannya seperti seorang wanita karir yang sudah dewasa. Hehehe



PERGAULAN BEBAS DARI SUDUT PANDANG AGAMA BUDDHA
Oleh: Mira Mustika

“Terpujilah Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa.
Terpujilah Bhagava Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna.
Terpujilah para Bodhisatva – Mahasatva, Makhluk – Makhluk Suci nan Luhur Budinya.”

“Jarang di dunia ini ada orang yang dapat mengendalikan dirinya dengan kerendahan hati, jarang ada orang yang dapat menghindari segala celaan bagaikan seekor kuda yang rajin yang selalu waspada dalam menghindari cambukan cemeti.” (Dhp. 143).

Pergaulan bebas merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi remaja Indonesia saat ini. Ditambah dengan mudahnya remaja saat ini terpengaruh oleh kebudayaan luar sehingga hal ini pun semakin berdampak negatif bagi para remaja di Indonesia. Pengawasan orang tua yang kurang dan pengertian remaja yang salah tentang pergaulan, kemudian diikuti dengan kurangnya wawasan tentang pergaulan bebas dan kurangnya kontrol dari sekolah adalah beberapa penyebab munculnya pergaulan bebas di dunia remaja.

Masalah pergaulan bebas merupakan permasalahan yang kompleks, yang dalam penanggulangannya diperlukan keseriusan dan partisipasi dari seluruh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Bagaimana sebaiknya kita bergaul dalam kehidupan ini, Buddha menganjurkan agar kita bergaul dengan orang-orang yang bijaksana. “na bhaje pāpake mitte, na bhaje purisādhame. bhajetha mitte kalyāne, bhajetha purisuttame. Janganlah bergaul dengan orang jahat dan dengan orang berakhlak rendah. Bergaullah dengan teman-teman yang baik, bergaullah dengan orang-orang mulia.” (Dhp. 78).

Menyadari betapa pentingnya pergaulan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Lalu bagaimana pergaulan yang baik itu agar kita tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dengan pendekatan agama Buddha? 

Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari media massa.

Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang memiliki pergaulan bebas sering membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
Ada banyak sebab remaja bisa terjerumus untuk melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari suatu penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas dan penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS yang dapat menyebabkan kematian. 

Berikut ini beberapa penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia:
• Sikap mental yang tidak sehat.
Sikap mental yang tidak sehat membuat banyak remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahaminya karena daya pemahaman mereka yang lemah. Salah satu faktornya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang biasa mereka jalani sehingga pelarian dari hal tersebut akan berdampak negatif, contohnya dengan adanya pergaulan bebas.
• Pelampiasan rasa kecewa.
Ketika seorang remaja mengalami tekanan karena kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus (baik dari segi prestasi maupun peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang menimbulkan masalah dalam sosialisasi, akan menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas.
• Kegagalan remaja menyerap norma dalam masyarakat.
Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi, terutama westernisasi. Norma adalah hukum, tetapi manusia sendiri harus menaklukkan diri pada norma itu, menerima, dan menjalankannya. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa keharusan moral manusia mengatur tingkah lakunya menurut kaidah-kaidah atau norma-norma. 

Pandangan Buddhis mengenai pergaulan tercermin dari sabda Buddha berikut ini, "Beberapa teman hanyalah kawan minum. Beberapa dari mereka adalah orang yang di hadapanmu akan mengatakan, ‘sahabat baik, sahabat baik’. Akan tetapi, seseorang yang menyatakan dirinya sebagai kawanmu pada waktu dibutuhkan, maka dialah yang benar-benar layak dikatakan seorang sahabat.” 

Kita harus waspada dalam pergaulan, karena bila kita lalai maka kemungkinan sekali kita akan mendapatkan teman yang bukan membantu kita, akan tetapi ia justru akan menghancurkan kita. Buddha mengatakan, “appamādo amatani padam, pamāpo maccuno padam. appamattā nā miyanti, ye pamattā yatha matā. Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan, kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.” (Dhp. 21).

Buddha membabarkan bahwa bersahabat dengan orang-orang jahat dapat menjadikan seseorang tergelincir. Jika bersahabat dan bergaul dengan orang-orang jahat, seperti: berjudi, minuman keras, keluyuran di waktu malam, baik di alam ini maupun di alam kehidupan selanjutnya, kehidupannya akan mengalami keruntuhan yang menyedihkan. 

Dalam Sigalovada Sutta, Buddha mengatakan bahwa terdapat empat macam sahabat atau Kalyanamitta. Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Sahabat yang menjadi penolong, sahabat pada waktu senang dan susah, ia yang menunjukkan apa yang engkau butuhkan, dan ia yang menaruh simpati untuk dirimu. Keempat macam sahabat ini harus dikenali orang bijaksana sebagai sahabat dan ia harus menyediakan waktunya, seperti seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri. Bila ia telah memperoleh sahabat yang demikian, menyambut dengan kata-kata yang ramah dan hati yang tulus, dan membimbing sahabat-sahabatnya dengan nasehat yang bijaksana, maka ia akan memperoleh kehormatan.

Sedangkan sabahat yang selalu mencari sesuatu untuk diambil, sahabat yang ucapannya berbeda dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat dan berusaha membuat kamu senang dengan yang demikian, sahabat yang bergembira dengan jalan-jalan yang jahat. Keempat sahabat ini merupakan teman yang tidak baik atau Akalyanamitta. Akalyanamitta artinya teman atau kawan yang tidak baik atau jahat yang berkeinginan untuk menjerumuskan diri kita sehingga mengalami penderitaan (dukkha). Demikianlah, setelah memahaminya, orang bijaksana akan menghindar jauh dari mereka seolah mereka jalan yang berbahaya dan menakutkan. (D. III, 31).

Masalah pergaulan bebas bukan baru terjadi akhir-akhir ini. Pergaulan bebas sudah ada sejak dulu, terutama di kalangan selebritis, misalnya: video asusila mirip Ariel – Luna Maya – Cut Tari yang sampai sekarang masalahnya masih belum dapat diselesaikan. Video ini merupakan gambaran pergaulan bebas yang sudah meresahkan masyarakat. 

Menjadi kerja tambahan pula bagi para guru di sekolah untuk melakukan pemeriksaan HP masing-masing anak didiknya. Tindakan menggeledah HP seperti itu sangat membuat trauma secara psikologis bagi anak-anak yang masih belum mengerti. Mengapa mereka harus diperiksa paksa seperti itu? Apa salah mereka, padahal kesalahan ada pada pelaku yang mengupload video ini pertama kali ke internet dan yang ikut menyebarluaskannya via teknologi bluetooth yang sudah sedemikian canggihnya.

Selain itu, pergaulan bebas sangat identik dengan yang namanya ‘dugem’ (dunia gemerlap). Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba, yang pada akhirnya berdampak utama pada seks bebas yang berujung kepada HIV/AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi antara lain di bidang sosial, agama, dan kesehatan. 

Beberapa akibat dari pergaulan bebas adalah:
• Melakukan hubungan seksual secara bebas yang mengakibatkan kehamilan remaja / kehamilan sebelum nikah yang beresiko:
- Pengguran kandungan (aborsi)
- Rasa malu atau putus asa
- Pernikahan secara paksa
• Beresiko tertular penyakit seksual.
• Penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang yang dapat merusak generasi muda. 

Kita semua tahu bahwa peningkatan keyakinan kepada Triratna serta penyaluran minat dan bakat secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu menghindari pergaulan bebas. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering ‘didengungkan’, namun tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain itu masih ada lagi solusi-solusi lainnya. Beberapa solusi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan nilai agama, moral dan etika.
b. Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya intelektual, tetapi juga mengembangkan emosional remaja.
c. Pendidikan dan penyuluhan seksual.
d. Pengawasan dari orang tua di rumah serta guru-guru di sekolah secara intensif. 

Pada dasarnya semua solusi atau upaya pencegahan yang telah diuraikan sebelumnya tetap tergantung dari diri setiap remaja untuk mau melakukannya atau tidak. Jika para generasi muda menginginkan perubahan, sebaiknya mereka memiliki arahan untuk melakukan hal yang memang patut mereka lakukan. Itu semua kembali pada diri setiap remaja itu masing-masing dan juga dukungan dari lingkungan, baik itu keluarga, masyarakat, ataupun sekolah.

Pengembangan kesadaran terhadap pergaulan bebas didasarkan pada sikap mental sebagai rangkaian hubungan sebab akibat yang saling bergantungan. Ajaran Buddha mengenai Hukum Kamma tidak dapat lepas dari ajaran yang menguraikan tentang Hukum Paticcasamuppada. Ajaran ini secara ringkas dapat dirumuskan dalam kalimat “Dari segala hal yang mempunyai sebab, Tathagata menerangkan sebabnya dan juga lenyapnya sebab itu, itulah ajaran para Pertapa Agung.” (Vinaya, I, 40). Melalui pengembangan batin yang berdasarkan kebijaksanaan, perilaku moral (sila), konsentrasi, dan belas kasih, menyadari betapa pentingnya pergaulan yang sehat secara luas, sehingga para remaja tidak akan melangkah ke arah yang salah. 

Bagi pemerintah, dianjurkan agar dapat memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda agar tidak salah dalam memilih pergaulan. Bagi orang tua, diharapkan memberi kasih sayang tidak hanya limpahan materi saja tetapi juga perlu memperhatikan tingkah laku anak-anaknya agar tidak salah jalan.

Jadi marilah kita bersama-sama ikut andil dalam menerapkan pencegahan terhadap peergaulan bebas, baik dengan menjadi individu yang menjauhi pergaulan bebas dan juga dalam memberikan motivasi kepada orang-orang di sekeliling kita. Dalam hal ini media massa juga sangat berperan, seharusnya media massa menampilkan hal-hal positif yang perlu dilakukan, bukan malah menampilkan film-film yang menunjukkan hebohnya gemerlap dunia malam dan maraknya pergaulan bebas yang disalahtafsirkan merupakan suatu kebanggaan bagi para remaja. Semua pihak perlu berperan untuk menanamkan “gaul tanpa pergaulan bebas”, terutama diri anda sendiri. Mudah-mudahan masyarakat luas dan umat Buddha pada khususnya dapat memahami hal ini sehingga tidak terjerumus pada perbuatan buruk yang merugikan diri sendiri dan makhluk lain.

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata - Semoga semua makhluk berbahagia
YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM MAJJHEKALYANAM PARIYOSANAKALYANAM TI
Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya








DAFTAR PUSTAKA
Wijaya-Mukti, Krishnanda. 2003. Wacana Buddha-Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan.
Wowor, Cornelis. 1997. Pandangan Sosial Agama Buddha. Jakarta: Arya Surya Candra.
http://acnk3y.blogspot.com/2008/03/kata-pengantar-generasi-muda-saat-ini.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2010
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=257.0, diakses pada tanggal 20 Juni 2010
http://solocybercity.wordpress.com/2010/06/15/video-mirip-ariel-luna-dibuat-2006-video-mirip-ariel-cut-tari-dibuat-2007/, diakses pada tanggal 21 Juni 2010
http://suryaadhiguna.blogspot.com/2009/10/sidhi-kalyanamitta.html, diakses pada tanggal 22 Juni 2010
http://www.docstoc.com/docs/8103267/makalahakibatpergaulanbebasdikalanganremaja, diakses pada tanggal 19 Juni 2010
http://www.forumbebas.com/thread-38443.html, diakses pada tanggal 19 Juni 2010
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=183, diakses pada tanggal 20 Juni 2010
http://www.sukmamerati.com/video-mesum-ariel-luna-maya-cut-tary-gambaran-pergaulan-bebas-yang-kebablasan, diakses pada tanggal 21 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar