Ada orang berbuat baik dengan tujuan supaya kelihatan baik. Dia berbuat baik supaya masyarakat melihat bahwa dirinya adalah orang baik. Jadi, kalau sampai tidak ada orang lain yang melihat itu, maka dia akan kecewa. "Wah! Sudah saya relakan untuk tidak tidur dan uang sudah keluar banyak, tetapi mengapa orang-orang masih belum menyebut saya orang baik?" Dia akan menyesal. Itulah berbuat baik dengan tujuan supaya tampak baik di mata orang lain.
Ada orang yang berbuat baik dengan tujuan agar hidupnya enak, hidupnya lancar, keberuntungannya tidak putus, anak-anak dan keluarganya baik, pangkat derajatnya menjadi tinggi, dan tidak mengalami banyak kesulitan. Itulah salah satu tujuannya berbuat baik, melakukan amal-amal kebajikan. Tujuan ini amat wajar. Berbuat baik agar memetik buah kebaikannya itu dalam wujud kehidupan yang cukup makanan, cukup sandang, kehidupan anak-anak lancar, bukankah tujuan atau harapannya itu sesuatu yang wajar sekali?
Namun, tujuan baik yang paling tinggi adalah agar bisa menjadi orang baik. Kalau orang berbuat baik dengan tujuan menjadi orang baik, maka pasti orang lain akan melihat dirinya adalah orang baik. Pasti. Tidak usah ingin terlihat baik. Dengan sendirinya nanti pasti tampak baik karena memang dirinya orang baik. Jadi, dia berbuat baik supaya menjadi baik, bukan semata-mata supaya orang lain melihat dirinya seperti orang baik dan mendapat pujian.
Misalnya, tempat ini adalah tempat dengan udara terbuka. Lalu ada kayu cendana dan bunga-bunga yang baunya harum. Kalau angin bertiup dari barat ke timur, maka sebelah timur akan berbau harum, tetapi sebelah barat tidak berbau. Namun, keharuman orang yang berbuat baik bisa menentang arus angin, tidak hanya tergantung oleh arah bertiupnya angin. Di mana-mana bisa terdengar orang mengatakan, "Oh, dia orang baik." Bila kita berbuat baik untuk menjadi orang baik, maka pangan dan sandang pasti tidak akan kekurangan. Jika kita berbuat baik untuk betul-betul menjadi orang baik, maka kita tidak akan kekurangan. Kita akan kelihatan baik. Itu pasti. Pasti namanya juga harum, pasti berkecukupan. Namun, semua itu bukan menjadi pendorong kita berbuat baik. Kita berbuat baik dengan tujuan menjadi baik, sekalipun tidak ada orang lain yang tahu.
Berusahalah, meskipun mungkin tidak bisa seperti biarawan. Kita berbuat baik dengan tulus supaya kecenderungan kita untuk berbuat jahat bisa berkurang. Di samping itu, agar kehidupan kita juga baik, anak-anak bisa sekolah, sehat, tidak banyak rintangan yang berarti, dan sebagainya. Itu tujuan yang wajar, asalkan jangan berbuat baik hanya supaya orang lain bisa melihat dirinya baik. Itu terlalu rendah. Pujian orang lain itu tidak perlu dicari, nanti akan datang sendiri.
Seandainya kita melakukan kebaikan dan ada orang lain mengaku bahwa kebaikan kita itu dialah yang melakukannya, kita tidak usah marah, ribut, atau sampai pukul-pukulan. Pukul-pukulan hanya karena berebut ucapan, "Aku yang melakukan, bukan kamu." itu tidak perlu. Nilai kebaikan kita akan tetap menjadi bagian dari kehidupan kita, tidak akan hilang. Apalagi kita melakukan kebaikan tidak untuk mencari pujian. Kalau kita melakukan kebaikan dengan sungguh-sungguh, maka kita pasti sungguh-sungguh baik.
Berbuat baik agar menjadi baik :)
BalasHapusKebaikan tidak perlu dibicarakan, cukup diam dan menjadi rahasia antara kita dan Sang Pemilik Kehidupan. Thanks for sharing mbaak, salam kenaaal :D