Dalam agama Buddha dijelaskan ada tiga hal yang paling berpengaruh dalam kehidupan seseorang dan feng shui menempati urutan paling akhir. Ketiga hal tersebut adalah:
- Karma pada kehidupan terdahulu
- Karma pada kehidupan sekarang
- Feng shui (keharmonisan elemen dalam diri dan alam)
Seperti yang kita ketahui, segala sesuatu dalam kehidupan manusia bersifat anicca (tidak kekal), begitu pula dengan feng shui. Setiap saat peruntungan feng shui dalam diri seseorang dapat berubah, bahkan bertolak belakang 180 derajat.
Biasanya perhitungan feng shui kamar tidur bertujuan untuk membentuk keluarga harmonis |
Pada zaman pemerintahan dinasti Tang di Tiongkok ada seorang pemuka masyarakat yang memiliki hati berbudi luhur dan penuh cinta kasih. Beliau terkenal sebagai orang kaya yang sangat murah hati. Suatu hari datanglah seorang ahli feng shui bertamu ke rumah beliau. Karena merasa orang ini adalah orang yang baik dan penuh kebijaksanaan, maka ahli feng shui tersebut menilai rumah milik orang kaya ini. Ahli feng shui mengatakan bahwa rumah orang ini memiliki aura yang sangat baik. Bila beliau bersedia mengubah rumah ini menjadi sekolah tinggi, maka akan menghasilkan para cendekiawan yang pintar yang dapat berbakti kepada bangsa dan negara. Penuh welas asih, pemuka masyarakat ini menyerahkan rumahnya untuk dijadikan sekolah.
Pada zaman dulu orang-orang kaya memiliki rumah yang halamannya sangat luas untuk meletakkan makam leluhur. Sampai suatu hari ia berdiri di bawah pohon yang rindang di sebuah halaman yang sangat luas. Di tanah sebelahnya ia melihat seorang pemuda yang juga sedang mencari tanah untuk makam sanak keluarganya yang baru meninggal. Bersama pemuda itu juga ada seorang ahli feng shui. Ahli feng shui pada masa itu mengukur feng shui menggunakan putaran bintang. Ahli feng shui itu mengatakan bhwa dilihat dari putaran bintang, tanah ini adalah tanah yang terbaik, sedangkan tanah di sebelah adalah tanah yang akan membawa sial karena bintangnya berbentuk sapu. Itu berarti tanah ini akan seperti sapu yang menyapu seluruh harta dan keberuntungan sampai habis.
Pemuka masyarakat yang berbudi mendengar ahli feng shui sama sekali tidak kecil hati. Ia berpikir dalam hati, "Pemuda di sebelah sanak keluarganya baru saja meninggal. Ia membutuhkan makam secepatnya. Biarlah sesuatu yang baik untuk orang lain dan sesuatu yang buruk untuk saya. Seumur hidup saya sudah memiliki harta kekayaan. Bila dikejar terus, maka sampai puluhan keturunanpun tetap tidak akan ada puasnya. Biarkan keturunan saya menjadi orang yang mengalami kesialan asalkan tidak membawa keburukan bagi orang lain."
Setelah itu, tanah itu tetap dibeli oleh pemuka masyarakat tersebut. Tahun silih berganti, ketika bulan sembahyang leluhur (ceng beng) tiba seluruh keluarga besar datang ke makam tersebut. Dari tanah sebelah terdengar ahli feng shui berkata, "Apakah saya mulai kehilangan keahlian saya? Mengapa tahun lalu saya melihat tanah sebelah memiliki bintang sapu, malah sekarang berubah menjadi bintang naga yang melingkari kura-kura?" (naga berarti raja dan kura-kura berarti panjang umur). Perubahan yang bertolak belakang ini sangat menakjubkan. Pemuka masyarakat yang penuh cinta kasih dan keyakinan akan Buddha Dharma dengan rela mau memikul beban penderitaan orang lain. Dari pikiran kebajikan walaupun hanya sekejap dapat mengubah seluruh kehidupan menjadi lebih baik.
Jadi, bila kita ingin menerapkan feng shui dalam tata letak rumah atau kantor dan sebagainya, maka lakukanlah dengan logika. Setelah itu, hilangkan pikiran kesombongan dan hati yang tidak murni. Bila bisnis berjalan lebih lancar, maka jangan lupa untuk berdana paramita, menjalankan bisnis dengan jujur, dan mengikuti puja bakti. Perlu juga diingat bahwa perhitungan feng shui dapat akurat, berarti feng shui juga dapat berdampak dalam moralitas hidup manusia. Oleh karena itu, sebelum Anda menerapkan feng shui dalam kehidupan, terapkan Buddha Dharma terlebih dahulu. Orang yang mengerti Buddha Dharma mengerti bahwa bintan kegelapan bukan selamanya milik kita. Ia dapat berubah menjadi pancaran kebahagiaan bila kita mau memiliki pikiran yang benar dan memperbanyak kebajikan.
Dalam Buddhisme kita mengenal hukum sebab akibat yang merupakan jawaban atas hidup manusia yang memiliki latar berbeda-beda karena setiap orang yang berbuat akan mewarisi karmanya masing-masing. Buddha Sakyamuni bersabda,
"Tidak di langit, tidak pula di tengah-tengah lautan, ataupun dengan memasuki gua-gua di gunung-gunung, tidak terdapat suatu tempat untuk menyembunyikan diri. Orang tidak dapat menghindari diri dari akibat perbuatan jahatnya sendiri." - Dhammapada 127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar