Jumat, 10 Oktober 2014

Being A Leader

Pernah dalam suatu General Assembly dari UKM yang aku ikuti di fakultas, seorang senior bertanya kepada kandidat yang mencalonkan diri sebagai ketua UKM, "Selain tokoh keagamaan, siapakah sosok pemimpin yang paling kamu kagumi?" Saat itu temanku menjawab, "Entah kenapa, saya menyukai kepemimpinan Soeharto."

Sejenak aku tertegun, bukan karena jawaban temanku itu, tapi aku mencoba untuk menanyakan pertanyaan yang sama pada diriku. Siapa sosok pemimpin yang paling kukagumi? Well, pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, siapakah pemimpin yang paling kita kagumi itu?


Setelah kurenungkan, banyak pemimpin-pemimpin yang kukagumi selain tokoh keagamaan, Buddha Gautama, dan orang tua. Orang-orangnya bukan orang-orang terkenal, tetapi tetap saja aku salut dengan cara kepemimpinan mereka. Di sini aku tidak akan menjabarkan nama orang-orangnya, melainkan sifat-sifat yang aku kagumi dari mereka semua.

Pertama, rela berkorban. Classic, but true. Menjadi pemimpin harus siap mengorbankan apapun demi kepentingan organisasi yang dipimpinnya. Kita tidak tahu apa yang harus kita korbankan, itulah mengapa aku mengatakannya harus rela mengorbankan APAPUN. Pada pos ini aku juga ingin berbagi apa yang pernah kurasakan ketika memimpin organisasi. Aku harus mengorbankan waktu bersenang-senangku dengan teman-teman. Kadang kala aku juga harus mengorbankan kegemaranku untuk travelling, olahraga, dan terutama: waktu tidur. 

Kedua, pikiran. Menurutku, untuk menjadi suatu pemimpin organisasi, tentu saja kita harus mencintai organisasi tersebut lebih dulu. Mencintai organisasi sama ibaratnya dengan mencintai pasangan. Setiap hari bisa memikirkannya. Semenjak aku mulai memimpin salah satu organisasi di kampus ini, tidak pernah seharipun aku tidak memikirkannya. Bukan berarti aku selalu memikirkannya setiap waktu, hanya saja setiap hari memang ada saja yang terlintas di kepalaku, entah itu suatu masalah ataupun hanya memori-memori mengesankan. Seperti orang pacaran ya?

Ketiga, waktu. Menjadi pemimpin pastilah akan menambah kesibukan. Kalau tidak sibuk, maka organisasinya tidak akan jalan. Ada seorang senior yang memimpin Pemuda Buddhayana di Sumatra Barat ini. Dia senior, teman, dan tetanggaku. Hmm, di belakang kami semua yang berperan sebagai pengurus organisasi tersebut (di sini posisiku sebagai wakilnya), dia melakukan banyak hal. Mengapa aku bisa tahu? Berhubung kami sudah berteman cukup lama dan aku memang berperan sebagai wakilnya, aku bisa tahu beberapa hal dibanding yang lain. Keluar kota sendiri demi mengembangkan sebuah organisasi, mengurus ini itu, begitu banyak hal yang harus dilakukan, tetapi itulah salah satu hal yang membuatku salut padanya.

Keempat, rendah hati. Dulu kupikir menjadi seorang ketua atau pemimpin organisasi itu tidak sesulit yang kukira. Yah, tugasnya kan hanya mengawasi dan mengontrol saja, sementara sudah ada bagian atau seksi-seksi yang akan mengerjakan berbagai hal. I'm totally wrong. Pemimpin yang baik tidak akan menceritakan semua hal-hal hebat yang sudah dilakukannya. Menjadi pemimpin itu menguras waktu dan pikiran. 

But hey, to be a leader is not only about the difficulties, but also the joy! Akui saja, pemimpin yang baik PASTI akan mendapat tempat yang terhormat di mata orang-orang. Aku menghormati orang-orang yang bertanggung jawab, entah itu ketua ataupun anggotanya. Bahkan untuk orang-orang yang seumuran denganku, aku menyegani mereka. Bila diundang ke suatu acara, akan mendapat tempat duduk yang istimewa, namanya terkenal ke mana-mana, fotonya dipasang pada berbagai majalah, dan masih banyak keuntungan-keuntungan lainnya dengan menjadi seorang pemimpin. 

Last, I'd like to say that being a leader is a great experience and good kamma for you. You help others, develop the organization, etc. If you have a good chance to be a leader, then why don't you try it? It's not about the result, it's about the way you do that. Do it wisely, then you will never regret your life when you were a leader.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar