Suatu
hari, ada seekor gajah jantan kerajaan yang sangat sehat dan terawat. Di
lingkungan kandang gajah terdapat seekor anjing kurus kering, kelaparan dan
liar. Ia tertarik dengan wangi nasi yang lezat dari makanan gajah kerajaan.
Jadi ia mulai menyelinap masuk ke kandang dan memakan nasi lezat yang jatuh
dari mulut gajah. Ia sangat menyukainya, sehingga mulai saat itu anjing tidak
akan makan di tempat lain. Saat menikmati makanannya, gajah yang besar dan kuat
tidak mengetahui kehadiran anjing kecil, liar dan pemalu.
Setelah
memakan banyak makanan, anjing yang makan dari sisa makanan menjadi besar dan
kuat juga sangat tampan. Gajah yang baik mulai memperhatikannya. Karena anjing
itu sudah terbiasa berada di sekitar gajah, ia kehilangan rasa takutnya.
Sehingga ia tidak mengonggong. Karena gajah tidak terganggu dengan anjing yang
bersahabat itu, gajah perlahan-lahan menjadi terbiasa dengannya.
Lambat
laun mereka menjadi lebih ramah dan lebih ramah satu sama lain. Tak lama kemudian,
tak satu pun akan makan tanpa yang lainnya, dan mereka menikmati kebersamaan
mereka. Ketika mereka bermain, si anjing akan menangkap belalai gajah, dan
gajah akan mengayunkannya ke depan dan ke belakang, dari samping ke samping, ke
atas dan ke bawah, dan bahkan memutar. Sehingga mereka menjadi “sahabat baik”,
dan tidak pernah mau dipisahkan.
Kemudian
suatu hari, seorang laki-laki dari desa terpencil yang mengunjungi kota,
melewati kandang gajah. Dia melihat anjing lincah, yang menjadi kuat dan tampan.
Dia membeli anjing dari penjaga (mahout), walaupun si penjaga sesungguhnya
bukan si pemilik anjing. Dia membawa anjing itu ke rumahnya di desa, tanpa
seorang pun tahu keberadaannya.
Tentu
saja, gajah jantan kerajaan menjadi sangat sedih ketika dia kehilangan teman
baiknya, anjing. Dia menjadi sangat sedih sampai dia tidak mau melakukan apa
pun, tidak juga makan, minum atau mandi. Jadi penjaga melaporkannya ke raja,
walaupun dia tidak mengatakan apa pun tentang penjualan anjing.
Hal
ini terjadi saat raja mempunyai menteri yang pandai dan mengerti binatang.
Untuk itu Raja memerintahkan menteri untuk pergi dan mencari tahu penyebab dari
kondisi si gajah.
Menteri
yang bijaksana pergi ke kandang gajah. Dia melihat sesekali gajah jantan
kerajaan sangat sedih. Dia berpikir, “Gajah ini sepertinya tidak sakit. Tetapi
aku pernah melihat kondisi ini sebelumnya, sama seperti pada manusia dan
binatang. Kesedihan gajah ini mungkin disebabkan oleh kehilangan sahabat
dekatnya.”
Kemudian
menteri berkata kepada pengawal dan pengunjung, “Aku tidak menemukan penyakit.
Ia terlihat amat sedih karena kehilangan seorang sahabat. Apakah kamu tahu jika
gajah ini mempunyai persahabatan yang sangat dekat dengan sesuatu?”
Mereka
memberi tahu menteri betapa gajah kerajaan dan anjing liar adalah teman baik.
“Apa yang terjadi dengan anjing liar ini?” tanya menteri. “Ia telah dibawa
pergi oleh seseorang yang tidak dikenal,” jawab mereka, “dan kami tidak
mengetahui di mana dia sekarang.”
Kemudian
menteri kembali menemui raja dan berkata “Raja, aku sangat senang mengatakan
bahwa gajah Anda tidak sakit. Mungkin terdengarnya aneh, gajah itu menjadi
sahabat baik anjing liar! Sejak anjing itu telah dibawa pergi, gajah Anda
sangat sedih dan tidak merasa ingin makan, minum atau mandi. Ini adalah pendapatku.”
Raja
berkata, “Persahabatan adalah satu hal yang paling indah dalam kehidupan.
Menteriku, bagaimana kita bisa membawa kembali sahabat gajahku dan membuatnya
bahagia lagi?”
“Raja,”
jawab menteri “Aku menyarankan Anda membuat pengumuman resmi, barang siapa
mempunyai anjing yang pernah tinggal di kandang gajah kerajaan, akan diampuni.”
Hal
ini dilakukan raja, dan ketika warga desa itu mendengarnya, dia melepaskan
anjing itu dari rumahnya. Anjing sangat bahagia dan lari secepat mungkin,
kembali ke sahabat baiknya, gajah jantan kerajaan.
Gajah
sangat senang, dia mengangkat sahabatnya dengan belalainya dan mendudukannya di
atas kepalanya. Anjing yang bahagia itu mengibas-ibaskan ekornya, sedangkan
mata gajah berbinar-binar gembira. Mereka berdua hidup bahagia selamanya.
Sementara
itu, Raja sangat senang gajahnya telah kembali baik. Raja kagum dengan
menterinya yang nampaknya mampu membaca pikiran seekor gajah. Jadi dia
memberikan hadiah yang sesuai.
Pesan
moral: Bahkan ‘Musuh alami’ pun dapat
menjadi sahabat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar